Lihat ke Halaman Asli

Eko S Nurcahyadi

Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Indahnya Berbagi dalam Pusaran Pandemi Covid-19

Diperbarui: 19 April 2020   01:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dokumen pribadi

Salah satu kebutuhan mendasar dan mendesak manusia (human basic need) adalah kebutuhan emosi dan kebutuhan spiritual. Pernyataan ini terbilang valid karena sesungguhnya manusia itu lebih besar tergolong sebagai makhluk spiritual-emosional ketimbang makhluk jasmani.
Sejarah manusia banyak ditandai oleh catatan momen-momen emosional dan spiritual. 

Dari peristiwa-peristiwa itu kebudayaan dan peradaban mengalami evolusi. Tumbuh dan berkembang secara gradual dan kadangkala revolusioner.

Manusia sebagai pribadi juga mengalami transformasi besar-besaran setelah melewati pengalaman subyektif yang paling emosional yang akan dimaknai olehnya secara spiritual.

Deskripsi di atas adalah cara saya untuk memahamkan bahwa kebutuhan manusia lebih besar pada aspek emosional dan spiritual. Dari aspek emosional yang sanggup memberi energi untuk survive dan hasrat untuk eksis. Bahkan lebih dari itu energi ini bisa ditulis lalu ditularkan sehingga sanggup menggerakkan sebuah masyarakat atau bangsa.

Sedangkan aspek spiritual mempersiapkan kedalaman makna yang akan menyediakan lanskap ketenangan, kebahagiaan dan kestabilan. Kebahagiaan spiritual bisa terakses dengan kesediaan seseorang untuk melakukan kegiatan berlandaskan nilai-nilai kemaslahatan, kemanusiaan dan keyakinan eskatologis (hidup setelah mati) yang biasa ada pada ajaran agama dan moral.

Krisis Korona

Jurnal.id

Dampak pandemi covid19 di Indonesia menghadirkan sejumlah krisis.  Kompleks rasa yang timbul antara lain kegelisahan hari esok, kemarahan terpendam, kegalauan akan keadaan, kegusaran drastisnya penurunan ekonomi, khawatir nasib diri dan keluarganya. Pendeknya hampir semua emosi negatif menyergap rongga dada.

Dan persis beberapa minggu berlalu akibat kontraksi ekonomi yang signifikan langsung dirasakan rakyat kecil. PHK terjadi di beberapa industri seperti transportasi, pariwisata, hiburan dan retail-retail besar.

Pelaksanaan isolasi mandiri di masing-masing lokasi membuat pasar tradisional dan kios-kios kelontong menjadi lesu. Disusul sepinya pengunjung warung-warung kuliner dan langkanya penumpang ojek kampung seakan melengkapi nestapa masyarakat bawah.

Bayang-bayang krisis lebih luas sebagai mana pernah terjadi di akhir dekade 90 an menambah beban pikiran masyarakat. Walaupun oleh sebab yang berbeda namun masyarakat tentu belum lupa melambungnya harga-harga bahan kebutuhan pokok, sempitnya lapangan kerja, menurunnya kualitas layanan publik dan usangnya fasilitas umum.

Keadaan itu diperparah oleh bertambahnya angka putus sekolah, beredarnya uang palsu, meningkatnya jumlah kasus kejahatan pencurian, perampokan dan pembegalan. Belum lagi kemungkinan adanya kejahatan teror terstruktur yang dirancang elit politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline