Usianya sekarang sekitar 75 lebih. Lebihnya berapa itu yang susah dijelaskan. Sebab, ketika lahir procot, orangtua Mak Parni, Marliyah dan Badrun Dirjodiponggo mencatatnya dibalik pintu lemari jati. Sayang, tulisan hari, tanggal dan tahun kelahiran terhapus lantaran lemari terrendam air ketika kampung Gemulung dilanda banjir.
Di usia senjanya, gaya bicara Mak Parni masih bisa menyesuaikan dengan perkembangan jaman Android saat ini. Mak Parni jelas tidak mau kalah dengan Adul, cucunya yang kini duduk di bangku SMA.
Bahkan, Mak Parni juga tahu jika saat ini teknologi komunikasi semakin berkembang. Termasuk WA, video call dan email. Tapi meski tahu pasti perkembangan teknologi, Mak Parni tidak mau membeli HP Android.
Ia menyebut, HP akan membuat dirinya tidak lincah bergerak. Sebab, setiap selesai Subuh, ia langsung jogging keliling kampung. Kalau perlu melakukan kayang, push up dan sedikit break dance. Kalau yang yang terakhir itu masih bisa diperdebatkan, heee.
Setelah itu, ia menunggu Mat Joli, tukang sayur langganannya di depan rumah. Selanjutnya dia memasak, mencuci, membersihkan rumah dan lain-lain. Dan lain-lainnya ini yang menurut Mak Parni tidak bisa dihitung.
Sebagaimana kisah cintanya sewaktu muda. Kalau ngomong soal masa muda, Mak Parni tidak mau kalah dengan anak muda sekarang. " Kalau jaman masih muda, Mak ini jadi kembang desa. Banyak laki-laki yang datang ke rumah kalau malam minggu.
Sampai antri kayak pasien nebus resep dokter," katanya terkekeh. Sayang, Mak Parni tidak bisa membuktikan secara otentik pengakuannya. Minimal ada foto masa lalu. Karena tidak mungkin melihat foto-foto Mak Parni di akun Facebook, IG, Twitter dll.
Ia melanjutkan, ketika malam minggu tiba, sejak ba'da Ashar dia sudah dandan. Jarik kawung menjadi andalannya. Sanggul segede gong dia pasang. Tidak lupa pemerah bibir merk Revlon. Merk lipstik terkenal ini jelas mengagetkan Yu Sablah yang sore itu mendengar cerita Mak Parni. "Ah, masak tahun segitu sudah ada Revlon," tanyanya keheranan.
"Lho, Mak ini anaknya orang kaya. Bapakku Pak Badrun juragan sapi, kalau hanya beli lipstik jelas mampu, " ungkap Mak Parni meyakinkan.
Mendengar penjelasan Mak Parni yang begitu bersemangat Yu Tri yang juga bergabung di cangkruk sore itu hanya manggut-manggut tanda setuju.
Mak Parni kemudian melanjutkan persiapannya jelang diapeli pemuda kampung Gemulung dan kampung-kampung di sebelahnya. Kata Mak Parni, ia selalu menggunakan bedak Viva nomor 4 di pipi dan lehernya. "Bedaknya tipis-tipis saja, wong wes ayu ( kan sudah cantik)," lanjutnya dengan penuh percaya diri. Nah, setelah dandan ala
Marlyn Monroe, Mak Parni siap di depan teras menanti pemuda kampung Gemulung yang kesensem dengan kecantikannya. Ini kata Mak Parni lho, heee.