Lihat ke Halaman Asli

Begini Kisahnya Pohon "Raksasa" di Passangarrang yang Dinamakan Pohon Kalumpang Lompoa

Diperbarui: 12 April 2018   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pohon Ukurn 'Raksasa' di Passangarrang Ini Dinamakan Pohon Kalumpang Lompoa, Begini Kisahnya (dokpri/P3ESuma)

Hiduplah sebatang pohon raksasa nan rimbun yang masih berdiri tegak dan masih dikeramatkan oleh warga Desa Passangarrang, Kelurahan Tanah Loe, Kecamatan Gantarang Keke Kabupaten Bantaeng. Pohon yang usianya lebih kurang 600 tahun diberi nama oleh ketua suku adat dengan sebutan Kalumpang Lompoa.

Endemik pohon Kalumpang Lompoa atau pohon Kepuh yang dalam bahasa latin dinamakan Sterculia foetida Linnini mampu tumbuh tinggi dengan diameter batang yang besar. Kepuh dalam bahasa inggris sebagai "wild almond" karena bentuk bijinya seperti biji almond.

Konon pohon Kalumpang di Desa Passangarrang terbilang langka ini merupakan peninggalan kerajaan Butta Toa menjadi perhatian warga setempat. Tak pelak dibuat penasaran akan keberadaan pohon 'raksasa' tersebut. Maka berangkatlah tim P3E Suma ke Kabupaten Bantaeng untuk memastikan kondisi pohon yang menghebohkan itu. Senin (9/4/2018).

Ritual bakar ayam kampung (dokpri/P3E Suma)

Dari pengakuan teman yang berada di lokasi untuk melihat pohon yang dianggap 'keramat' oleh warga setempat tersebut, terlebih dulu dilakukan ritual upacara adat membakar ayam kampung oleh sesepuh kampung lalu dimakan bersama. Ritual dilakukan untuk menjaga kearifan budaya lokal setempat dan sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta atas kelestarian lingkungan hidup dan hutan.

Pohon Kalumpang Lompoa (dokpri/P3E Suma)

Lokasi keberadaan pohon Kalumpang Lompoa berjarak kurang lebih 10 Kilometer dari pusat kota Kabupaten Bantaeng dan 2 kilometer masuk ke dalam hutan dan kebun yang dikelola masyarakat desa setempat.

Keberadaannya sengaja tidak diekpose untuk umum. Pasalnya dari keterangan sesepuh desa H. Hale, "dikhawatirkan mengancam kelangsungan hidup pohon yang sudah ada sejak jaman kerajaan Gowa, Kerajaan Butta Towa dan Kerajaan Gantarang Keke tersebut."

"Dahulu, lokasi ini menjadi tempat berkumpul dan penyerahan hasil bumi dan dipestakan secara adat tradisional. Dan budaya sesajen atau sesaji mulai hilang seiring masuknya Islam di tanah Sulawesi, khususnya Bantaeng" Tutur H. Hale.

Peenerus H. Bale adalah Sulaiman Bin H.Hale yang merupakan anak kandung sulung dari 8 bersaudara, pasangan H. Hale dan Hj. Halidah.

Dari cerita orang-orang dahulu, pohon ini ditanam atas perintah Raja Gantarang Keke. Filosofi dari Kalumpang Lompoa merupakan kampung yang subur sebagai lumbung padi di era kerajaan Butta Towa dan Kerajaan Gantarang Keke. Sehingga kelompok tani menyebutnya pohon Kalumpang Lompoa

Pohon Kalumpang Lompoa (dokpri/P3E Suma)

Pohon Kalumpang Lompoa yang terletak di Desa Passangarrang Kabupaten Bantaeng diperkirakan memiliki tinggi tanaman sekitar 30-40 meter. Membutuhkan 13 tangan orang dewasa untuk dapat melingkari Kalumpang Lompoa tersebut. Saking besarnya akar pohon, jika diperhatikan secara jeli, bebentuk menyerupai orang sedang berpelukan.

Karena ukurannya yang berbeda dari pohon disekitarnya pohon raksasa tersebut kini dianggap sebagai pohon keramat oleh warga. Warga sekitar mempercayai Kalumpang Lompoa dihuni oleh makhluk halus yang merupakan leluhur Gantarang Keke. Konon, ketika pohon itu akan ditebang, tiba-tiba daerah tersebut dilanda kebanjiran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline