Seorang Tukang Urut Yang Sangat Terhormat
Suatu hari Abu Nawas diundang ke penjamuan makan malam Sang Sultan. Ia sangat gembira, tentu saja, dan merasa terhormat. Ia ingin ke Istana dengan pakaian terbaiknya. Seorang pelayan menyambutnya dan menunjukkan ia ke kursinya, yang terdekat dari Sang Sultan. Jenak seluruh menteri muncul dan mereka duduk di kursinya mereka. Orang terakhir yang memasuki ruang makan merupakan Sang Sultan yang duduk di kursi khusus.
Di setiap piring terdapat ayam panggang yang lezat. Semerbak bau hidangan ayam itu membuat mereka keroncongan. Setelah memanjatkan doa Sang Sultan mempersilahkan mereka makan. Abu mengambil pisaunya dan garpu dan hendak mengiris ayamnya ketika Sang Sultan menghentikannya, "Tunggu, Abu!"
"Ya, Baginda. Apakah ada yang salah?"
Sang Sultan tersenyum. Kelihatannya Sang Raja ingin membercandainya lagi.
"Sebelum kau memakan ayammu, kau harus camkan satu hal."
"Apakah itu Baginda?"
"Terserah yang kau lakukan kepada ayammu, aku akan melakukan itu kepadamu juga."
"Apakah itu Baginda?"
"Sebagai contoh, kalau kau potong sayapnya ayam itu, aku akan potong juga lenganmu."
Abu Nawas nampak sedih dan kecewa, tapi hal itu tak berselang lama. Jenak wajahnya sumringah kembali. Tiba-tiba ia letakkan garpu dan pisaunya. Ia lantas mencubit sayap ayam itu. Sang Sultan menjadi terkejut,karena ia tak menyangka Abu akan melakukannya. Tetpi, ia tidak dapat menyangkall apa yang telah ia katakan, jadi ia mencubit lengannya Abu.