Lihat ke Halaman Asli

Galau Hati Si Titi

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu pagi, di sebuah kandang bebek. Seekor bebek betina sebut saja Si Titi nampak terduduk lesu di pojokan. Raut mukanya menandakan kegalauan yang mendalam. Dia tidak menghiraukan hiruk pikuk teman – temannya yang sedang bersenda gurau. Sesekali mereka saling ejek dan tertawa lepas sambil menikmati sarapan pagi yang disajikan majikannya. Bukan tidak beralasan mereka gembira betul pagi itu. Sang majikan menyajikan menu favorit mereka, nasi aking dicampur dengan bekatul kelas 1. Sungguh saat – saat seperti itulah yang sangat dinantikan mereka. Dengan menu yang “istimewa” itu, mereka akan merasa sehat, tidak capai, bila mereka harus “setor” telur kepada majikannya. Telur yang dihasilkannya pun berkualitas. Tidak seperti kalau mereka hanya makan seadanya. Sudah telurnya kecil – kecil, capek pula mengeluarkannya.

Namun tidak demikian dengan Titi. Semakin teman – temannya bergembira ria, semakin galau pula hatinya. Ia tidak bisa membayangkan betapa kecewanya teman – temannya bila mereka tidak lagi mendapatkan asupan istimewa itu. Sambil sesekali merubah posisi duduknya, Titi memperhatikan temannya satu persatu. Dari hasil pengamatannya tidak satu pun dari mereka yang merasa sedih apalagi galau seperti dirinya. Mereka makan dengan lahapnya. Bahkan beberapa diantara mereka nampak sangat rakus tanpa memperdulikan teman – temannya yang bertubuh lebih kecil dan tak mampu berebut makanan dengan yang lain. Melihat teman – temannya yang selalu gagal dan kalah dalam berebut makanan itu, hati Titi semakin sedih. Tanpa ia sadari dua buah sungai kecil mulai mengalir di kedua sisi pipinya.

Dari kejauhan, salah satu teman Titi ternyata memperhatikan perubahan sikapnya yang tidak seperti biasa.

“Hai..Titi…ayo sini cepat makan…nanti keburu habis loh…”. Teriak temannya dari kejauhan.

“Eh..,makan saja dulu aku baru tidak punya selera makan”. Jawab Titi sambil menyeka air matanya.

Nggak salah nih, kamu kan paling suka jenis makanan ini”. Jawab temannya menyakinkannya.

“Beneran, aku nggak tahu mengapa selera makan ku hilang tiba – tiba pagi ini”.

Mendengar jawaban Titi yang demikian, temannya langsung menghentikan aktifitas makannya. Kemudian ia mendekati Titi dan mencoba menyelidik apa sebenarnya yang sedang terjadi pada Titi.

“ Kamu sakit ya…”. Selidik temannya sambil duduk di samping Titi.

“Ah…tidak kok”. Jawab Titi.

“Lalu mengapa kamu tidak makan, nanti kalau ketahuan majikan kamu bisa – bisa dipotong dan dijadikan lauk mereka loh”.

“Labih baik begitu…”. Jawab Titi datar.

“Ha..Apa?...jadi kamu mau mati saja?...Tidak..Tidak Titi…walau pada akhirnya kita juga akan mati, tapi kita mesti punya semangat hidup, kita tidak boleh mati sebelum waktunya”.

“Mati sebelum waktunya katamu?..kita semua tidak lama lagi akan mati lebih mengenaskan dari apa yang kamu kira”. Jawab Titi sambil memandang wajah temannya yang nampak terkejut melihat respon Titi.

“Apa maksudmu dengan kita”. Tanya temannya penasaran.

“Yah…setidaknya sebelum tanggal 1 April mungkin kita masih bisa hidup dan menikmati makanan favorit kita, tapi tidak setelah tanggal 1 April nanti”.

“Memanggnya ada apa dengan tanggal 1 April nanti, apa di Indonesia akan ada thanks giving day seperti yang di Amrik sana, dan di sini menu yang akan digunakan bebek panggang ?”.

“Bukan…bukan itu…setelah tanggal 1 April nanti mungkin kita tidak akan menemui lagi menu favorit kita, nasi aking, karena kemungkinan besar kita harus berbagi dengan orang – orang kismin di Indonesia yang tidak mampu membeli beras. Hal ini disebabkan karena harga BBM di Indonesia akan naik. Kalau ini benar – benar terjadi tamatlah riwayat kita. Nasi aking yang kemarin – kemarin untuk makanan kita sudah hampir pasti akan diperebutkan dengan mereka. Itu artinya kita akan di apkir untuk menu Bebek Goreng Sambel Kosek. Maka bersiap – siaplah kawan untuk menerima segala kemungkinan terburuk yang akan menimpa kita”. Kata Titi sambil memeluk temannya erat – erat dibarengi dengan linangan air mata dari keduanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline