Lihat ke Halaman Asli

Eko Hartono

Penulis Freelance

Petruk Jadi Penguasa

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cerpen ini pernah dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat, 10 April 2011

Kekuasaan ternyata enak dan menyenangkan. Itulah yang terbetik dalam benak Petruk saat berhasil menaklukkan kerajaan Loji Tengaran dan mengangkat dirinya sebagai raja dengan gelar Prabu Welgeduwelbeh. Semua itu terjadi setelah dirinya menggunakan pusaka Kalimasada milik Yudhistira. Tidak ada orang yang sanggup mengalahkannya. Semua orang pintar dan sakti berhasil ditaklukkan!

Sejak menduduki jabatan tertinggi di kerajaan Loji Tengaran, nasib Petruk seakan berubah seratusdelapan puluh derajat. Dari tadinya rakyat jelata dan bukan siapa-siapa menjelma jadi orang penting dan terhormat. Seperti kata pepatah; kere munggah bale. Semua orang menaruh rasa segan dan hormat padanya. Petruk pun sangat menikmati perubahan hidupnya ini.

Apa yang selama ini hanya ada dalam mimpi dan angan-angannya menjelma menjadi kenyataan. Benar apa yang dikatakan orang; menjadi penguasa itu memang enak dan menyenangkan. Mau apa-apa tinggal perintah pada bawahan. Dengan kekuasaan pula ia bisa memuaskan hasrat dan keinginannya. Mau makan enak, tidur di kasur empuk, pelesiran, atau cari hiburan dengan mudah didapatkan. Sebab, uang bukan lagi jadi masalah!

Ya. Dengan kekuasaan ia bisa menumpuk kekayaan. Kekuasaan tak ubahnya magnet yang mampu menarik apa saja. Semua orang berusaha dekat dengan kekuasaan. Mereka yang ingin urusan dan kepentingannya lancar mesti menghamba pada penguasa. Sebab, penguasa punya kekuatan untuk menentukan nasib orang. Penguasa berperan layaknya makelar; siapa mau bayar lebih dia yang dapat. Kekuasaan tak ubahnya mesin pencetak uang. Tak heran bila banyak orang berlomba-lomba meraih kursi kekuasaan!

Sudah lama Petruk merasakan hidup sebagai rakyat jelata yang miskin. Sudah kenyang ia mengecap penderitaan. Maka, kesempatan menjadi penguasa tak disia-siakan oleh Petruk. Dipenuhinya segala keinginan yang selama ini tak pernah dinikmatinya. Hura-hura dan pesta jadi menu harian Petruk. Tiada hari tanpa mereguk kesenangan duniawi sepuasnya. Tak peduli bila urusan pemerintahan berantakan dan rakyat hidup merana.

Sejak Petruk berkuasa, pemerintahan di Loji Tengaran jadi kacau balau. Korupsi merajalela, pengangguran meningkat, angka kemiskinan melonjak, dan harga kebutuhan pokok tak terkendali. Para pejabat sibuk memikirkan kepentingannya sendiri. Partai politik juga sibuk saling jegal dan sikut. Rakyat yang kemudian menjadi korban. Mereka harus merasakan penderitaan akibat ulah para elite di atas.

Carut marut di negeri Loji Tengaran sampai di telinga Semar. Orang tua Petruk itu jadi prihatin. Dia lalu mengutus Bagong dan Gareng, kedua putranya yang lain, untuk menemui Petruk. Mereka mendapat mandat untuk menyadarkan Petruk. Sebab, jika tidak ada yang mengingatkan Petruk, dia akan semakin semena-mena dan merajalela. Bagong dan Gareng segera berangkat ke Loji Tengaran.

Sesampai di istana Loji Tengaran, mereka langsung bertemu dengan Petruk. Mereka menyampaikan pesan dari Semar agar Petruk bisa bersikap adil dan lebih memperhatikan rakyatnya. Mereka mengkritik kepemimpinan Petruk yang sangat korup dan mementingkan diri sendiri. Mendapatkan kritik tajam itu hati Petruk panas juga. Mungkin sudah menjadi sifat orang yang duduk di kursi kekuasaan, alergi pada kritik dan merasa diri paling benar!

Tapi Petruk tak memperlihatkan rasa tidak sukanya secara terang-terangan. Bukan namanya pemimpin bila tidak pandai bersilat lidah dan mencari justifikasi atas kebijakannya. Dalam dunia perpolitikan ada istilah tidak ada kawan abadi melainkan kepentingan abadi. Jika ada yang menentang dan mengkritik kebijakannya, bukan jalan konfrontasi ditempuh tetapi koalisi atau musyawarah. Sebab, segala sesuatu bisa dikompromikan selama menyangkut kekuasaan.

"Kalian ini jangan cuma bisa mengkritik. Kalian mesti tahu, menjalankan pemerintahan itu tidak mudah. Coba jika kalian duduk di kekuasaan seperti aku ini, kalian pasti akan merasakan susahnya mengurus pemerintahan," kata Petruk mengeluh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline