Lihat ke Halaman Asli

Semangat, Menjadikan Pengusaha Muda Sukses

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada saat ini para pengusaha pengusaha muda terus bermunculan, dengan latar belakang mereka yang bukan hanya dari golongan menengah keatas, tetapi dari golongan menengah kebawah pun sangatlah banyak.
Mereka memulai usaha usaha mereka dengan sungguh sungguh dengan kerja keras tanpa mengenal lelah sedikitpun.
Walau ada saat saat mereka terjatuh tersungkur dan sulit untuk bangkit lagi, tetapi dengan jiwa entrepreneur mereka mereka mampu bangkit mampu berdiri tegak untuk memulai usaha mereka lagi dari titik NOL, dari awal dengan semangat membara. Dan disaat itulah mereka meraih suatu jalan kesuksesan jalan menuju kebahagiaan hidup.

Salah satu contoh adalah apa yang dialami oleh pengusaha muda yaitu Mas Anang Pradipta, beliau lahir di Semarang, dan beliau memulai usahanya di Semarang.
Beliau memulai usaha dengan membuka sebuah warnet kecil, tapi sungguh menakjubkan penghasilan dari warnet itu dapat digunakan untuk membuat sebuah penginapan lumayan bagus diwaktu itu, semakin lama semakin banyaklah uang yang dikumpulkan. Mas Anang berkata "ada pepatah mengatakan semakin tinggi pohon tumbuh semakin kuat pula angin menerpa." Begitupun dengan jalan hidupnya semakin lama semakin kaya banyak pula cobaan yang menyapa. Mas Anang berkata (kurang lebih begini) "Waktu itu uang saya sangat banyak dan saya taruh dilaci, pada suatu hari entah siapa yang mengambilnya. Semua uang yang ada dilaci hilang tanpa jejak dan tanpa sepeserpun yang tertinggal."

Usaha yang kedua setelah kehilangan uang yang begitu banyaknya, yaitu pencucian mobil. Di waktu itu pencucian mobil sangatlah jarang sehingga usaha pencucian mobil itu ramai, walau pada awalnya sepi karena masyarakat masih sering mencuci mobilnya sendiri. Tapi lama kelamaan usaha pencucian mobil tersebut ramai pengunjung. Dengan tarif per mobil saat itu adalah 15.000 sekali cuci.
Namanya usaha pasti ada persaingan harga, disaat mas Anang menjual jasanya sebesar 15.000 di dekatnya ada yang buka cucian mobil dengan harga 13.000, didekatnya lagi ada yang harganya 10.000 dan lebih parahnya lagi didepan tempat pencucian mobil mas Anang ada yang mematok harga 5.000 sekali cuci.

Dengan begitu, tempat pencucian mobil mas Anang menjadi sepi karena harganya paling mahal. Tak menyerah dengan itu mas Anang memutar otak. Dan mengambil keputusan yang sangat aneh, yaitu dibukalah pencucian mobil gratis tanpa biaya sepeserpun. Dengan pembatasan waktu dari jam 7 pagi sampai jam 9 malam. Saking ramainya di pencucian mobil itu, selain gratis juga disediakan televisi untuk nonton bareng. Setelah itu mas Anang menyuruh atau mengajak para pedagang kaki lima untuk mangkal di dekat tempat pencucian mobil tersebut. Semakin lama semakin ramai dan para pedagangpun mendapatkan untung yang cukup banyak dari jualan disitu.
Setelah itu pencucian mobil mas Anang menjadi besar, sampai sampai menjadi dua tingkat. "Lah kok bisa??? Kan gratis???. Mas anang mendapatkan untung bukan dari uang pencucian mobil, tapi dari keuntungan para pedagang yaitu 10% nya.

Pepatah pun berkata lagi "semakin tinggi pohon tumbuh semakin kuat pula angin menerpa." Pada saat uang terkumpul banyak dan disimpan dibrankas "kata mas Anang". Uang itupun hilang dengan brankas brankasnya. Setelah itu terjadilah galauisasi melanda mas Anang kepala cenut cenut gak karuan.

Setelah itu mas Anang pergi ke Jakarta untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, saat tiba di Jakarta mas Anang kehilangan dompet dan isinya, mas Anang sudah tak punya apa apa. Setelah itu mas Anang minta kiriman uang dari kampung untuk biaya membayar kuliah dan mencari kontrakan. Pada saat itu uang yang dikirim adalah 2.500.000, untuk membayar kuliah sebesar 2.250.000. Sehingga uang buat mencari kontrakan hanya sebesar 250.000, padahal kontrakan memerlukan biaya 500.000/bulan. Nah karena uang tak cukup untuk membayar kontrakan yang ada di dekat kampus, mas Anang mencari kontantrakan yang lain dengan membaya tas yang isinya banyak. Setelah muter muter mencari kontrakan tak dapat kontrakan yang cocok dengan harganya sehingga mas Anang kembali ke kontrakan awal. Disitu pemilik kontrakan mengijinkan mas Anang ngontrak disitu dengan biaya 250.000, tahukah dimana dia ditempatkan? Mas Anang ternyata tidur di bawah tangga kontrakan dengan hanya cukup untuk satu orang saja.
Disitu mas anang bekerja sebagai perakit komputer, dengan bayaran 10.000 per unit, karena mas Anang membutuhkan uang 900.000 untuk modal usaha. Dia harus bekerja keras dan harus menyelesaikan 3 unit komputer/hari untuk mencapai tujuanya. Mas Anang berhasil menyelesaikan 3 unit perhari, sehingga dia berhasil mengumpulkan uang sebesar 900.000. Dari situlah mas Anang diangkat menjadi manager di tempat kerjanya, namun anehnya bayaran manajer hanya sebesar 600.000/bulan. Karena merasa tertipu mas Anang keluar dari situ tak tak ingin bekerja dengan orang lagi.

Dengan modal 900.000 sekarang mas Anang sekarang menjadi pengusaha designer handal bersama dengan teman temanya.

Dari cerita diatas kita akan memperoleh motivasi, memperoleh dorongan untuk berbuat lebih sebagai anak muda bangsa dan menumbuhkan semangat untuk terus berkarya untuk diri  sendiri dan orang lain, bahwa semangat dan perjuangan akan membawa kita menuju jalan kecil dan dari jalan kecil itu kita akan menemukan jalan yang besar untuk menuju sebuah singgasana kesuksesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline