Lihat ke Halaman Asli

Eko Ferdiyantho

Karyawan swasta yang enggak karyawan-karyawan amet.

Jokowi Serukan Benci Produk Asing, Mengapa?

Diperbarui: 9 Maret 2021   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: via kontan.co.id

Dalam pembukaan rapat kerja nasional Kementerian Perdagangan hari kamis silam, Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan yang cukup mengejutkan yakni seruan untuk mencintai produk lokal sekaligus membenci produk asing.

Pernyataan ini sempat menimbulkan kontroversi dan menjadi perbincangan di media sosial hingga menjadi trending di Platform twitter.

Mengapa demikian hal ini bisa terjadi dan pernyataan tersebut bisa terlontar dari mulut sang presiden?

Alasan Jokowi Serukan Benci Produk Asing

Pernyataan tersebut ternyata terucap bukan tanpa alasan namun karena Presiden melihat adanya laporan tindakan bisnis yang bisa membunuh perkembangan UMKM di Indonesia.

Presiden Jokowi melihat laporan perkembangan bisnis e-commerce yang mana menimbulkan kekecewaan pada Presiden dan seluruh pihak terkait karena adanya praktik yang tidak adil dalam dunia perdagangan digital.

Karena saya memberikan laporan kepada beliau sesaat sebelum acara dimulai dan ini merupakan bentuk bukan hanya kekecewaan beliau tapi bentuk kekecewaan kita semua karena praktik yang tidak adil ini menyebabkan kerusakan yang masif pada UMKM kita.

Laporan tersebut adalah terkait adanya e-commerce yang menjual produk barang lintas negara (barang impor) dengan praktik predatory pricing

Apa Itu Teknik Predatory Pricing?

Lantas, apa itu teknik predatory pricing yang bisa menghancurkan UMKM di Indonesia? Seperti apa data dan fakta sebenarnya sebenarnya? Benarkah Indonesia sudah dibanjiri barang-barang konsumsi impor yang lambat laun dapat mematikan UMKM?

Pada kenyataan, Impor barang dari luar negeri tidak selalu buruk. Impor bahan baku dan barang modal adalah impor yang berguna karena pun merupakan faktor pendukung dan digunakan untuk proses produksi industri nasional. Oleh karena itu, impor bahan baku/penolong dan barang modal menjadi salah satu indikator kekuatan industri dalam negeri.

Namun yang menjadi polemik adalah terkait impor barang konsumsi yang tidak memberi kontribusi pada perkembangan industri dalam negeri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline