Lihat ke Halaman Asli

Tepi Batas (Antara Khayalan dan Kenyataan )

Diperbarui: 6 Desember 2015   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Di tepi pantai,  aku  terduduk  diam  bersandingkan  kaleng  minuman softdrink.

Menatap  sang  surya  yang  kembali  ke  peristahatannya,merah sedikit jingga mewarnai sore yang indah ,sambil  menunggu sang surya yang berpamitan di ufuk barat.

Lamunanku melayang ,terbang tinggi di udara ,bersama khayalan-khayalan yang

Mungkin suatu saat akan  menjadi nyata di dalam hidupku.

Khayalanku tertuju kepada seseorang,yang indah menawan ,dalam hatiku yang nian mempesona ,berharap  ia menjadi bagian dari cerita hidupku yang rumit,

Meski  kenyataannya tidak sama dengan benakku .

Ia tak mempunyai rasa yang sama terhadapku,entah mengapa ?
dan rasa ini tak sebanding dengan perasaannya terhadapku.

Entah mungkin aku yang terlalu percaya diri dan terlalu berharap bisa bersamanya.

Mungkin terlalu tinggi pula seleraku,hingga membuatku tak mawas diri,dan lupa statusku sebagai apa di kampung ini.

Aku hanyalah anak Seorang anak petani padi dan peternak kambing, yang mengharap cinta dari anak pak kades(kepala desa ) di kampung ini.

Aku ingin kembali ke masa anak-anak dulu , disaat aku dan dia main bersama-sama,saat status antara kaya dan miskin belum bisa diterjemahkan oleh anak-anak,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline