Lihat ke Halaman Asli

Eko Darmawanto

Seorang guru

Berharap Krisis Politik Melemahkan Timnas Bahrain

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kiprah Bahrain dalam ajang kualifikasi Piala Dunia sebenarnya tidak terlalu mengecewakan. Dalam kualifikasi dua edisi Piala Dunia terakhir tahun 2006 dan 2010 Bahrain nyaris lolos ke Jerman dan Afrika Selatan. Tetapi kekalahan saat melakukan play off melawan negara dari konfederasi lain membuyarkan ambisi Bahrain untuk tampil dalam ajang sepak bola sejagat.Pada babak play off Piala Dunia 2006 Bahrain dikalahkan oleh Trinidad dan Tobago yang saat itu dilatih oleh Leo Benhakker, dimana saat itu Wim Rijsbergen pelatih timnas Indonesia saat ini menjadi asistennya. Pada kualifikasi Piala Dunia 2010 nasib sial kembali melanda Bahrain. Kali ini Selandia Baru yang menjadi batu sandungan bagi Bahrain.

Beberapa bulan terakhir kawasan Arab dan sekitarnya diwarnai gelombang aksi protes rakyat dalam skala masif. Diawali di Tunisia gelombang aksi protes terus menjalar ke berbagai negara lain di kawasan Arab, tak terkecuali di Bahrain. Sampai saat ini aksi protes rakyat Bahrain masih terjadi di Manama, ibu kota Bahrain. Sasaran aksi protes ditujukan kepada raja Hamad bin Isa Al Khalifa sebagai kepala negara Bahrain.

Guna meredam aksi protes raja Hamad bin Isa Al Khalifa menerapkan tindakan represif, salah satunya adalah dengan memenjarakan orang-orang yang terlibat dalam aksi demonstrasi. Tindakan represif rezim yang berkuasa di Bahrain memakan korban di kalangan pesepakbola Bahrain. Hubail bersaudara, Mohammed dan A’ala Hubail yang merupakan bintang sepak bola Bahrain turut dipenjara karena ikut serta dalam aksi demonstrasi. Padahal dalam beberapa tahun belakangan Hubail bersaudara merupakan pilar timnas Bahrain.

Mohammed Hubail yang berposisi sebagai gelandang merupakan pilar penting di lini tengah timnas Bahrain. Sedangkan A’ala Hubail yang berposisi sebagai striker utama negeri itu. Ketajaman A’ala Hubail sebagai striker tidak perlu diragukan lagi. Bahkan pemain kelahiran 25 Juni 1982 yang bermain di klub Al Ahly merupakan pencetak gol terbanyak bagi timnas Bahrain.

Absennya Hubail bersaudara cukup terasa dalam pertandingan pertama dimana bermain di kandang Bahrain hanya mampu meraih satu poin dengan bermain imbang 0-0 dengan Qatar. Dan kini semoga ketidakhadiran Hubail bersaudara juga mampu mengurangi kekuatan Bahrain ketika berhadapan dengan timnasIndonesia di stadion Gelora Bung Karno selasa 6 September 2011. Jika itu terwujud harapan timnas Indonesia untuk meraih poin penuh di kandang cukup terbuka lebar. Semoga.

Salam!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline