Cerpen : Bukan April Mop
Ditulis oleh : Eko Irawan
--------------------------------
"Aku itu.... Bla bla bla......."
Itulah ceritaku padamu. 33 tahun tak bertemu, tentu bukan waktu sebentar. Banyak kisah, banyak perubahan dan tentu banyak gosib bertebaran tanpa sepengetahuanku, tapi jadi trading topik hot, terdengar olehmu, tanpa aku bisa klarifikasi.
Itulah yang terjadi diantara kita, diawal pertemuan kembali. Sebuah forum kecil, bernama reuni. Dan Kata "teman" adalah status yang kau sematkan didadaku. Memang terlalu dini, jika bilang, jatuh cinta pada pandangan pertama. Sudah tak jaman cinta buta, main tembak ngawur. Karena ini, menyangkut masa depan.
"Haruskah aku menyerah? Goblok! Laki laki kok cengeng. Ayo masseh, semangat berjuang. Buktikan kamu itu jujur, tulus dan bisa dipegang omonganmu."
Itulah motivasi curhat monologku. Mak jleb menghujam jantung.
Kisah tentang pangsit dan kopi petang itu. Dan kau memang datang dengan dijemput paksa. Untuk bertemu aku. Inilah kali pertama aku bertemu dirimu. Suatu waktu yang akan jadi kenangan selamanya.
Andai waktu itu kita langsung on, tentu tidak asyik. Lama tak bertemu, tak peduli ini itu. Langsung jadian. Rasanya jadi gampang, tanpa tantangan. Sungguh, kau jinak jinak merpati. Seolah mudah ditangkap, tapi gesit terbang.
Jujur, pertemuan itu, membuka paradigma baru caraku berpikir, bertindak dan segera sat set memutuskan mau apa. Aku selama ini, kelewat lambat. Terlalu banyak pertimbangan, hingga yang ditaksir digondol orang. Cowok lemot, nunggu waktu sempurna untuk nembak dan kegoblokan itu, merugikan. Seperti kena April mop. Diprank pertimbangan diperasaan sendiri. Endingnya, dianggap cowok tak peka. Tak respon. Tak jelas. Lemot. Jadi tak menarik untuk dijadikan pacar.
Ah, itu kisah dahulu. Dan ini, tentu bukan cinta remaja lagi. Perbincangan petang itu, disaksikan beberapa sahabat. Dukungan agar kita jadian, langsung jadi perbincangan. Dan dengan bismillah, aku proklamasi kan diri jadian bersamamu.
Akupun mengantarmu pulang. Pertama kali aku memboncengmu. Mengantarmu hingga ke gerbang kuning, gang rumahmu. Seharusnya, waktu itu aku mampir, hingga aku bertemu orang tuamu. Tapi itu tak terjadi. Biarkan Getar asmara ini mulai tumbuh. Dan dari situlah kau jadi semangat baruku untuk melihat masa depan baru yang lebih cerah. Kau bagai sang Surya pagi, menerangi jiwa suramku yang pekat sepanjang malam kemarin.
Seperti prank April Mop
Dan lembar baru hidupku dimulai. Lembar kosong, dengan tulisan baru, bersamamu. Setelah pertemuan itu, serasa penuh gairah hidupku. Pertemuan demi pertemuan, chat demi chat mulai jadi giat baru kita berdua.
"Aku ini.... BLA bla bla...."
Begitulah aku mulai membuka diri. Membuka hati. Untukmu. Tapi...
Aku ditembak. Pengakuan jujur ku padamu, ternyata diadu info dengan apa yang dibicarakan sebagai ghibah tetangga yang tak suka aku. Seolah aku public enemy yang harus dimusnahkan. Aku bilang begini, kata tetangga aku begitu. Babak perjuangan baru dimulai.
Seperti prank April mop. Kau menerima curhatku. Tapi disisi lain kau menerima info yang bertolak belakang tentang aku dari orang lain. Tetanggaku. Teman temanku sendiri yang bermuka dua. Dan kau merasa, bisa tahu segalanya tentang aku. Menelanjangi semua tentang aku.