Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Deru Sejarah Kajoetangan (Deroe Kajoetangan #3)

Diperbarui: 22 Maret 2022   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deroe Kajoetangan #3 dokpri

Puisi : Deru Sejarah Kajoetangan

Ditulis oleh Eko Irawan
Dalam Seri Puisi Deroe Kajoetangan #3

---------------------------------


"Kajoetanganstraat" namamu, Kini Jalan Jendral Basuki Rahmat. Berbenah dalam cantiknya Kota Malang. Berbalut romantika, untuk para muda. Yang memadu kasih di bangku bangkunya.

Nieuw Plantkundig Woordenboek voor Nederlandsch Indi, mencatat Kajoetangan itu nama Tumbuhan Euphorbia Tirucalli L. Dalam bahasa Sanskerta itu disebut: Saptala atau Satala. Pada masa Tumapel, daerah itu disebut alas patang atau Alas Patangtangan.

nama "Patang" ditulis Mpu Damawan dalam Prasasti Pamotoh atau Prasasti Ukir Negara tahun 1120 aka atau tanggal 06 Desember 1120. Dan
nama "Alas Patangtangan" disebutkan dalam kitab Serat Pararaton.

 "... Lunga sira angungsi alas. Ndan lingira Ken Angrok. Panghr mani aburuha. Yata sangkaning alas ring Patangtangan arane ...". 

Artinya: Lalu dia pergi ke hutan. Ken Angrok berkata: "Tempat berlindungku dari pengejaran di Hutan Patangtangan namanya".

Arsitek Belanda, Thomas Karsten sang perancang Tata Kota Gemeente Malang, jadikan Kajoetangan jadi pertokoan modern. 1917, jadilah city garden dengan pemandangan indah panorama pegunungan. Ramai pemukiman dan pertokoan khas Belanda.

Deru Sejarah Kajoetangan. Terus bergelora dalam lembar ruang waktu. Menembus masa dalam lintasan kisah. Deroe Kajoetangan terus bercerita. Hingga kini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline