Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Hari Hari Puisiku #3 : Menunggu Hujan Siang itu

Diperbarui: 18 Januari 2022   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari hari puisiku #3 (dokpri)

Hujan sehari hari. Jadi cerita Januari. Memang tak romantis menunggu hujan siang itu. Karena Kau disana. Aku disini.

Bukan takut basah. Nanti bisa berganti baju. Tapi ini sangat deras. Tumpah kebumi. Kotaku dipeluk banjir.

Renungan hujan siang itu. Terhenti menunggu. Menalar rejeki yang Kuasa. Dalam syukur. Agar tumbuh hijau pucuk pucuk baru.

Selepas badai, pasti ada hikmah. Hujan bukan bencana. Tapi banjir adalah egoisnya manusia. Yang diberi kuasa mengatur got got dan resapan. 

Semoga hujan siang ini mereda. Akan ada kicau dan pelangi. Mentari senja akan memerah dibarat. Menebar senyum pada malam.

Dan kembalilah para pengais recehan. Bertebar disenja syahdu. Roda kehidupan terus membuka lembar baru. Bersama nyanyian katak selepas hujan. Sebuah doa bahagia, doa meraih keberkahan Semesta.

Baca Kotaku dipeluk banjir - https://www.kompasiana.com/eko67418/618f9b8fc26b771bd71b0762/kotaku-dipeluk-banjir

Malang, 18 Januari 2022

Oleh Eko Irawan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline