Dibilang kecewa, serasa bukan waktunya. Tapi inilah seni bercinta denganmu. Kekasihku. Kutersenyum dalam hati. Karena seperti itulah caramu mencinta.
Bah, itu dari kata Babah. Biarkan. Itu jawabmu. Saatku bilang padamu. Tentang kangen. Cinta. Dan perasaanku padamu.
Sepertinya kau tak peduli perasaan lelakimu. Tapi aku bisa membaca tulusnya cintamu, disorot matamu. Itu tak bohong. Tapi kau bohongi dirimu sendiri. Seolah tak cinta aku. Tak butuh hadirku.
Kaupun tak mengakui aku siapa. Hanya teman curhat. Teman reuni masa sekolah. Kau malu mengakui aku kekasihmu. Bukan jawaban iya, tapi bah.
Kangenku kau jawab bah. Kenapa sayangku? Hingga semua kenalan, mempertanyakan hubungan kita. Dikira dimanfaatkan. Diperalat. Dolanan. Dan lahirlah sejuta fitnah tentang aku dan dirimu.
Cinta ya cinta. Bilang saja. Ditutupi malah bikin curiga. Apa susahnya bilang iya. Titik, tak perlu saling sakiti. Bikin kecewa. Toh, ini tulus diperjuangkan, bukan dusta yang dipermainkan.
Apakah kau menguji cintaku? Pembuktian sudah. Kurang apa lagi. Jika Tuhan telah berkata. Kun faya Kun. Maka Jadilah, kita berjodoh. Akankah kuasa Illahi akan kau ingkari juga ?
Malang, 22 November 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H