Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Stri Nareswari #3 : Enigma Ruang Waktu

Diperbarui: 22 November 2021   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stri Nareswari #3 dokpri

(Baca kisah sebelumnya di Link sbb : https://www.kompasiana.com/eko67418/61891b50ffe7b51fc02631a4/stri-nareswari-2-mencarimu )

Hidup adalah enigma. Teka teki. Tentang hidup hari ini, kemarin dan masa depan. Semua diliputi pigura pigura misteri. Yang memenuhi pikiran sebagai pengetahuan dan pengalaman. Untuk mau belajar atau abaikan saja.

Inilah yang dikatakan tentang sejarah. Banyak yang abaikan. Dianggap Ndak penting. Bikin pusing. Bukan urusan dapat cuan untuk esok hari. Sejarah hanya barang basi untuk dilupakan.

Merekalah orang orang praktis. Pemikir sempit. Hidupnya kerja keras, hanya dari mulut ke WC. Hidup hanya untuk diri dan orang orang disekitarnya saja. Tak terekam, apalagi menginspirasi yang lain. Jauh dari manfaat, terlupakan diruang waktu masa depan. Sekalipun sekarang, dirimu hebat.

Tapi aku menganggap yang lalu itu, punya manfaat. Seperti hadirku disini. Dipelataran Jajaghu. Membaca pesan relief, gambar wayang watu. Pesan leluhur untuk masa depan. Hari ini. Dan ruang waktu nanti. 

Tahun 1280, bangunan ini telah berdiri. Atas perintah Kertanegara. Untuk menghormati ayahandanya, Raja Wisnuwardhana, yang mangkat pada tahun 1268. Seribu tahun yang lalu, pesan itu abadi. Hingga hari ini.

Pesan abadi ini ada disini. Tapi tak terpikir oleh mereka. Yang mencampakan sejarah. Meremehkan yang lalu, lalu dianggap kuno. Yang sekarang itu, dianggap baru modern. Tapi mereka lupa, sekarang ada, karena ada dulu. Tak ada sekarang tanpa perjuangan kemarin. 

Biarlah mereka, melupakan sejarah seperti melupakan mereka lupa pernah dilahirkan. Pernah kecil. Itu bagian dari sejarah dulu. Itu ada dalam ruang waktu sejarah hidupnya. Reuni juga mengenang sejarah kemarin. Kenapa jika tak penting dan dianggap kuno, mereka mengenang masa sekolah. Teman lama. Dan kejadian lucu pada masa itu.

Dan pagi itu aku kembali bercengkrama dalam ruang waktu yang bukan masaku sekarang. Aku hadir diwaktu jaman ini. Tapi aku kembali kemasa Kertanegara. Saat berdiri dialtar candi. Sebagai raja insinyur yang menghormati ayahnya raja WisnuWardana. 

Kontemplasi ruang waktu. Melihat kembali nenek moyang tlatah tumpang. Memutar melawan arah jam. Kembali pada panil panil relief. Adakah kisah hidupku, terpaut dalam relief terdahulu. Mahabarata. Ada disini. Tentang teladan Stri Nareswari. Sang Dewi Drupadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline