Pulang kemana. Saat pulang membuatku resah. Gundah. Karena jiwa ini tak ingin pulang. Ingin melangkah merdeka. Dalam romansa semesta. Yang abadi tanpa kepalsuan.
Pulang kemana. Saat rumahku tak pernah jadi surga. Isinya jahanam. Balas dendam. Diusir. Diminta tanggung jawab. Untuk para bangsat terkutuk. Yang menyamar sebagai penasehat.
Saat pulangku bukan untuk cinta. Tapi untuk hasil. Yang menyenangkan pilihan terbaik. Selingkuhanmu. Sang penasehat, yang merenggut kehormatanmu. Tapi kamu bela.
Balada wanitaku. Minta menang sendiri. Tak mau salah untuk selingkuhmu. Harus benar. Karena dia lelaki terbaik. Harus dimuliakan. Tak pedulikan diriku, kau tetap membela sang jagoanmu.
Walau itu salah. Dalam ajaran semua kemuliaan. Tapi kau harus menang. Walau langit bumi mencelamu. Pangeranmu harus jadi pemenang. Dibela. Lupakan catatan para malaikat. Dan tersiksalah aku, demi mulianya lelakimu.
Pulang kemana. Bukan pulangku yang kau nanti. Tapi duwit untukmu senang senang bersamanya. Dibalikku yang memikul derita. Kau Menari penuh birahi, diranjang surga duniamu. Sementara aku terlunta dijalanan. Inikah balasanmu?
Strategi pintar membela binatang jalang. Sungguh cerdas dan dipuji semua iblis. Aku harus pergi. Karena tak ada tempat kembali. Kau sudah membuatku hilang.
Selamat tinggal. Aku harus pergi. Ceritamu sudah tak punya arti. Tuntutlah yang kau beri nikmat, bukan aku yang kau siksa.
Mau enak, berjuanglah. Bukan berjuang tipu tipu. Topengmu sudah dibongkar semesta. Dusta apa lagi yang akan kau ceritakan. Dalam tangis munafikmu.
Pulang kemana. Aku akan pulang untuk takdir yang lain. Bukan dengan drama munafik.