Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Stri Nareswari (1): Jajaghu Code

Diperbarui: 4 November 2021   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jajaghu Code olahan Pribadi Eko Irawan

23 tahun, aku selalu dekat denganmu. Melewatimu. Mengantar putriku sekolah. Melihatmu setiap waktu demi waktu. 

Inilah Candi Jago, Tumpang. Mungkin struktur berundakmu, asal muasal daerah ini disebut Tumpang.  Sebuah kota kecamatan di kabupaten Malang. 

Aku tinggal di sekitarmu. Menikmati sejuknya udaramu. Dinginnya hembusan negeri dikaki Mahameru. 40 km dari Bromo. Terasa syahdu, jadi bagian dari kisahmu.

Dulu seperti biasa, tiada rasa melewatimu. Seperti orang orang yang lalu lalang itu. Sibuk dengan urusan sendiri. Kepasar. Sekolah. Kesawah. Cari penghidupan. Dengan cara masing masing.

Akupun juga. Lalui hari demi hariku. Sampai pada satu titik. Magnetmu menarik jiwaku. Seolah aku dijemput ribuan prajurit Tumapel. Untuk datang di kaki sang Panji Seminingrat. Sang pemersatu Jenggala dan Kediri. 

Mesin waktu seolah membawaku Pada tahun Saka rasa-parwata-induma, (rasa-gunung-bulan-bulan /1176/1254 M) serasa seribu tahun kemasa Tumapel.

Seolah aku bertemu MPU Prapanca. Guru besar literasi Nusantara jaman keemasan Majapahit, berbisik dalam pesan. Bhatara wara Wisnu Wardhana keteka putra nira san gumanti siniwi,
Bhatara Narasinha rowanira tulya madhawa sahagrajamagehi rat, siranilanaken duratmaka manama linggapati mati sirnna sahana, ares sahananin paranmuka ri jon nireki tuhu dewa murtti sakala.

Termenung. Dalam bahasa yang tak kumengerti. Ternyata itu Negara Kertagama.# Pupuh 41#
Tentang Sejarah Raja-raja Singasari.

Ternyata itu artinya : Bhatara Sang Wisnuwardhana adalah putranya yg menggantikan (untuk) memerintah, bersama batara Narashingha, ia seperti Madhawa (Krisna/Wisnu) bersama kakak lakinya (Indra), menjaga keseimbangan dunia,  ia menyirnakan penjahat yang bernama Linggapati, matilah hancur menjadi tiada, menjadi takut semua musuh di bawah kakinya, sungguh pasti beliau (adalah) dewa (yang) menjelma di dunia.

Sang Empu Prapanca tersenyum dan melanjutkan wicaranya, I saka rasa parwwatenduma bhatara Wisnwan bhiseka san Suta siwin, samasta parasamya rin Kadiri Janggolomarek amuspa rin purashaba,  narendra Krtanagarekan abhiseka nama ri siran huwus prakasita, pradesa kutaraja mankin atisobhitanaran i Singhasari nagara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline