Balada Penulis miskin. Itu rencana judul yang ingin kusematkan pada artikel ini. Namun setelah saya pertimbangkan, ternyata penulis itu sebenarnya kaya.
Wujud kekayaannya adalah intelektualitas seluas samudra, pemilik sumber ide yang mampu menginspirasi semua orang yang mau membaca dan mencintai dunia literasi.
Kenyataannya, tak semua orang, mampu menulis. Kemampuan menulis itu istimewa lho. Tapi kenapa ada penulis terkendala dalam proses kreatif membuat kontennya? Jawabnya adalah: Karena ini menulisku amburadul. Selamat membaca.
Dibalik kehidupan seorang Penulis
Tak semua penulis itu punya kehidupan yang bahagia, tak ada masalah pribadi dan hidupnya asyik asyik saja. Dibalik kehidupan seorang penulis itu ada warna warni kisah.
Tak semuanya mampu secara finansial. Bagi yang sudah mapan secara finansial, jelas no problem. Mau menciptakan fasilitas yang diinginkan, tak ada masalah. Asyik asyik saja.
Namun bagaimana dengan penulis yang minim finansial? Mampukah dia eksis saat diri pribadinya lapar dan tidak mampu beli walau hanya sepiring nasi putih.
Diajak zoom meeting juga Ndak bisa gabung karena tidak punya paket data. Diundang offline juga tidak bisa hadir, karena tak punya transport. Penulis kaya jelas tak pernah punya kisah dorong motornya karena tak mampu beli bensin.
Keadaan dibalik kehidupan seorang penulis sangat mempengaruhi proses kreatifnya. Mampukah menulis ciamik, saat dirumah sang penulis ternyata tak kuasa menanak nasi, tak mampu beli gas dan ditangisi anaknya karena lapar.
Memang itu ranah Masalah pribadi, tapi itulah beban yang harus ditanggung seorang penulis dikehidupan nyata. Mau tidak mau harus terjun dipekerjaan yang lain diluar dunia menulis untuk mendapatkan cuan.