Masih saja kau cari pembenaran. Jika perbuatanmu itu benar. Sungguh telah buta hatimu. Yang kau korbankan itu bukan cintaku, tapi kehormatanmu sendiri. Diobok obok iblis terkutuk.
Kehormatanmu itu harga mati. Melecehkan janji suci didepan Tuhanmu. Memang nikmat umbar birahi diranjang setan. Kau sudah lupa harga dirimu dilecehkan. Oleh manusia iblis, berjubah cinta.
Perbuatanmu masih mulia pelacur. Pulang bawa uang. Tapi kau pulang bawa apa? Selingkuhanmu mau gratisan. Atas dasar cinta, tapi nafsu binatang. Mau enak, tapi tak bayar. Itukah lelaki muliamu?
Kau puji dia. Sebagai lelaki terbaik. Pilihan surga. Dibela para malaikat. Amalnya sundul langit. Ahli ibadah. Penyabar. Hatinya lembut. Lelaki paling mulia yang Sayang dirimu. Tapi kelakuannya, tiduri istri orang. Berkali kali. Diulang ulang. Kau kira Tuhan diam saja? Dalil apa lagi yang akan kau dustakan?
Surat untuk selingkuhanmu. Bacalah. Itu pilihanmu. Dia binatang pengumbar nafsu. Serigala jahat berbulu domba. Kau tempuh segala cara, agar aku memodali bejatmu. Sungguh kau diperalat oleh iblis terkutuk.
Aku ikhlaskan dirimu untuknya. Kau dan dia sudah memilih surgamu sendiri. Jika kau tanya tanggung jawab padaku, tanya hati kecilmu. Siapa yang kau beri nikmat? Dialah yang harus kau tuntut. Jangan aku yang kau peras. Merampokku. Untuk memuliakannya.
Selamat menikmati surga bersamanya. Kau bersama keadilan Tuhan. Dia pencuri kehormatanmu. Itu terjadi karena mau sama mau. Suka sama suka. Lucu jika kesalahan ini kau tuduhkan padaku. Warasmu sudah ditutup nafsu. Kau sudah bejat, tapi dia yang kau bela.
Surat untuk selingkuhanmu. Tetap kau bela. Tetap kau anggap benar. Pergi saja dengannya. Kau sudah pilih bahagiamu sendiri.
Malang, 11 Agustus 2021
Oleh Eko Irawan