Engkau adalah saksi. Setiamu padaku. Merekam kenangan. Tanpa protes. Saksi bisu. Tembok ratapan hati.
Berjuta kisah terekam. Dalam relung batu bata merah. Tentang suka duka. Tentang suara suara hati.
Siapa mau berperang. Jika berselisih itu menyakitkan. Menambah luka. Menambah beban. Pertarungan bodoh untuk egoisme.
Ratapan hati yang tersakiti. Tentang seteru yang tiada akhir. Kalah menang sia sia. Hanya menambah duka. Tembok ratapan hati menyimpan. Tanpa lelah.
Saat suka terkalahkan. Saat yang baik terhapus. Tak diakui pernah ada. Tapi kau tetap setia. Jadi saksi bisu tanpa protes. Yang pernah ada. Pernah tersisa.
Tembok ratapan hati. Sebenarnya tak Sudi. Tapi apa daya. Kau akan jadi kisah abadi. Yang tetap tersimpan. Untuk kisah tiada akhir.
Malang, 19 Juli 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H