Suntuk. Itulah hari hariku. Berjalan gontai tanpa arah. Tanpa tujuan. Disinilah arti arti sebuah persahabatan. Tanpa bertemu dengannya, aku tak tahu. Allah sudah membuka jalan. Tak disangka. Tak dinyana. Hanya bermula tukar nomer kontak. Dan itulah rencana Illahi.
Sontak gadgetku mulai ramai. Sore itu, diakhir bulan Juni. Banyak sahabat lama bermunculan. Tanya kabar. Lama tak bersua. Dan grup grup itu menghiburku. Menghibur gundahku.
Kisah Juni tahun itu. Kisah paling pilu dalam hidup. Pengkhianatan yang tak bisa dimaafkan. Saat perjuanganku tak dihargai lagi. Semua kebaikan dihapus. Dan hadirlah malapeta itu.
Kisah ditinggal pergi. Untuk alasan menenangkan diri. Padahal Tuhan Tahu. Sedang apa disana. Walau kau ingkari, tapi hatimu pasti menangis. Aku bisa ditipu sejuta alasan. Tapi hati kecilmu pasti menyesal hingga akhirat. Bahwa mengkhianati aku itu, awal penderitaanmu sendiri. Tuhan pasti menghujat, apalagi aku yang kau singkirkan, demi nikmat sesaatmu. Namun itu sudah terjadi dan kau lakukan sebagai kepuasan dendam. Aku tak memaafkanmu. Karena tugasku sudah selesai untukmu.
Juni tahun itu. Tangis lelaki yang tersakiti. Teganya kau lakukan itu dan celakanya perbuatan itu kau anggap benar. Kau tak mau disalahkan. Beribu cara kau tempuh agar bejatmu dibenarkan. Syah sesuai dalil dalil iblis laknat.
Kau pergi untuknya. Untuk bersenang senang diranjang setan. Tertawa ngakak demi kepuasan. Seperti hewan yang tak kenal aturan agama. Kau tahu itu dan terekam dalam catatan akhiratmu. Alasan apalagi yang akan kau dustakan? Puas bukan mereguk nikmat yang dirampok dari pemiliknya? Lelaki bejat yang kau bela dengan drama tingkat dewa. Apa yang kau dapat?
Aku tak seperti engkau. Yang cari cari alasan menutupi bejatmu sendiri. Hatimu menangis. Dan itu sudah terlambat. Namun cara caramu sungguh pintar bersilat lidah. Kau lupa janji suci kota. Bukan aku yang kau khianati, tapi Tuhan yang kau lecehkan bersamanya. Itu hak dan Tuhan tak bisa mengampuniku.
Tuduhanmu padaku yang bilang aku penyebab, semua hanya rekaan. Aku sudah bersumpah atas nama langit bumi, tapi kau tak percaya. Kau mengarang cerita bahwa perbuatanmu itu super benar. Alasannya balas dendam padaku. Padahal tuduhanmu itu fiktif. Khayal. Rugi diperdebatkan. Namun kelak kau akan melihat sendiri. Hidup sudah susah, kau menambah rumit dengan bonus dosa. Apa keuntunganmu? Astagfirullah, kenapa kau lakukan perbuatan bejat itu berkali kali. Aku tak menuduhmu. Itu perbuatanmu sendiri. Sungguh terpuji pengkhianatan mu.
Dan Juni tahun itu jadi sangat suram. Kekasih yang kucintai dirampok orang. Dan celakanya kau merelakan kehormatanmu untuk dirusak bajingan. Kau rela ditipu untuk nafsu bejat. Serigala yang ngakunya ahli ibadah, tapi menodai cinta suci. Saat ketahuan, kau berkilah. Hanya menasehati. Wow, tukang nasehat tapi melakukan perbuatan biadab? Waraskah kamu? Pernyataanmu terekam hingga akhirat Gaes. Itu urusanmu sendiri dengan Allah. Aku tak menghukumu, tapi kupasrahkan pada Illahi.
Juni oh Juni. Pekat dan kelam. Kisah kehilangan yang membuatku terpuruk. Semakin jatuh. Karena berpuluh tahun aku bersusah payah untuk mencintaimu. Habis umur dan tenagaku untukmu. Teganya kau rancang settingan paling edan untukku.
Namun Tuhan sudah menggantimu. Segera. Pertemuan 1 Juli jawabnya. Itulah hikmah hadirnya sahabat sejati. Yang menolongku dari lembah sedihku sendiri. Semoga pertemuan 1 Juli adalah jawaban dari bahagia yang sesungguhnya. Karena Tuhan memberi jalan pada orang orang yang tersakiti. Bismillah Cinta untuk lembar terbaru dan Jalan Takdir Illahi.