Rasakan dengan hati. Jangan dengan egomu. Putuskan dengan nurani. Jangan dengan prasangkamu. Jujur, aku tak sempurna. Lihatlah pengorbananku. Lihatlah perjuanganku. Ini tulus. Kurang apa aku.
Jangan samakan aku dengan yang lain. Ini aku. Kau bisa lihat itu. Aku menerimamu tanpa alasan. Apapun kekuranganmu, aku terima. Aku ikhlaskan hidupku untukmu. Karena kaulah perjuanganku. Bukti apalagi yang didustakan. Teka teki apalagi yang disembunyikan.
Sedih diriku. Hidup sudah pahit. Untuk apa diperumit. Aku tak butuh jawaban samar. Aku bukan mesin. Aku juga punya perasaan. Aku ingin dihargai. Aku tak gila hormat. Jika aku dibutuhkan, kenapa masih juga diragukan. Ditolak. Dan tidak diakui.
Terimalah aku sayangku. Apakah ada yang lebih baik dariku. Apakah ini hanya ujian. Kenapa tak kau ikat aku. Jangan lepaskan aku. Atau kau malu menerimaku. Kenapa?
Kuingin kau akui. Itu pintaku. Sadari, cinta itu tidak kenal alasan. Aku butuh jawaban. Apa sulitnya. Aku bahagia bersamamu. Ada apa dibalik penolakan ini. Drama apalagi yang sedang disandiwarakan. Perlukah?
Kuyakin. Hasil tak akan ingkari pengorbanan. Ini nyata. Bukan ilusi. Haruskah yang nyata ada, diusir. Sesal pasti menjawab, jika sudah tak ada lagi. Adilkah.
Cinta tak memaksa. Tapi saling membutuhkan. Saling melengkapi. Tak perlu teka teki lagi. Hidup hanya sekali, kenapa memasang rambu yang mempersulit diri. Lepaskan. Ikhlaskan. Jalani dengan hati. Ini bukan kalah menang dan harga diri. Tapi bagaimana bisa menikmati. Berdua berbagi rasa tanpa tabir lagi.
Malang, 14 Juni 2021
Oleh Eko Irawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H