Maafkan aku ibu. Berpuluh tahun aku melawanmu. Menentang titahmu. Kuberjalan dengan caraku. Tanpa Ridhomu.
Andai ibu jujur sejak awal. Kenapa tak kau tunjukan. Saat Aku muda, saat aku galau, saat aku sendiri. saat itu, saat aku mencari pendamping hidup. Kenapa ibu.
Andai ini adalah dulu. Tapi kini telah berlalu. Pahit getir dalam doamu yang terwujud. Kecewamu yang jadi nyata. Dalam tangisku, anakmu, ibu. Semua sudah kutebus, dalam suram. Dalam sedih.
Aku sekarang bersamanya. Bersama pilihanmu. Bersama jodoh amanatmu. Pesan terakhirmu, ibu. Sebelum engkau pergi, untuk selamanya.
Kau tunjukan siapa sebenarnya jodohku. Kunci bahagiaku. Sekalipun ini berat. Karena aku dalam pahit. Dalam kisah tanpa restumu.
Ibu, semoga Surga tempat terindahmu. Aku akan perjuangkan amanatmu. jodoh dalam doa ibu. Agar engkau tersenyum, melihatku bahagia. Bersama jodoh pilihanmu.
Malang, 21 Mei 2021
Oleh Eko Irawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H