Bertahan. Tapi Terpaksa. Menyiksa. Tapi itulah tanggung jawab. Walau sejatinya ini sengsara. Rugi waktu. Rugi umur. Buang waktu percuma.
Seperti orang tak becus. Dipermainkan drama. Untuk kalah menang yang sia sia. Kebodohan yang dipelihara. Untuk ego yang tak mau mengakui. Sudah tak cocok, dipaksa sehati.
Tak bisa melangkah. Hanya bertahan dalam palagan rumit. Tak bisa melihat diri. Hanya saling tuding, tanding wicara. Tapi tanpa solusi.
Inilah mempersulit diri. Mudah, tapi ditarik ulur. Bertahan yang bodoh. Membela sutradara laknat, agar terlindung dalam tabir. Sambil tertawa, melihat panggung kemunafikan ini.
Lempar batu sembunyi tangan. Untuk kepuasan palsu. Agar memperoleh pembenaran sepihak. Dan terbebas dari segala bejat. Untuk menuntut yang membela kehormatanmu. Tapi kau bela sang penjarah. Waraskah?
Terpaksa menelan pil pahit. Biar keadilan menghakimi. Inilah rasa yang dilecehkan. Untuk orang yang tulus. Tapi tertuduh. Tak dibela. Tapi dijadikan tersangka. Cara pembenaranmu, agar benar menurut tafsir sang maha dendam. Disangka bahagia, tapi tanpa pahala.
Malang, 20 Mei 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H