Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Malam Seribu Bulan

Diperbarui: 5 Mei 2021   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam seribu bulan dokpri Eko irawan

Tafakurku Ya Allah. Sang pendosa. Ditengah malam syahdu. Di Ramadhan tahun ini. Bermohon.

Aku sudah lalui banyak kekhilafan. Betapa putus asanya diri ini. Tersakiti. Ditipu. Disepelekan. Dipermainkan. Dipermalukan. Dihakimi. Semua tentang aku adalah salah.

Aku sudah jenuh Ya Allah. Muak dengan drama ini. Aku ingin bahagia. Menikmati nafas. Beribadah padaMu. Menebus semua dosa. Mengisi sisa umur. Dengan ibadah.

Aku hanya manusia lemah. Omonganku sudah dipelintir. Seolah akulah sang laknat. Yang harus menerima karma. Untuk balas dendam dan kepuasan. Para bajingan bangsat, yang dibela. Karena serigala berbulu domba.

Rugi hidupku Ya Allah. Mengurusi panggung kemunafikan. Ini ada apa sebenarnya. Ketika semua diputar balikan. 

Membela diri yang sia sia. Karena akulah yang dituduh. Dipertanyakan. Tak ada hak, tapi dituntut kewajiban. Yang waras, harus ngalah. Demi pembenaran setingan, para perampok. Yang ingin dianggap malaikat.

Aku ikhlaskan Ya Allah. Silahkan aku dibodohi. Ditipu. KeadilanMu lebih mulia. Harapan malam ini, malam syahdu ditengah ramadhan. BersamaMu.

Curhat tersakiti. Aku terima. Aku tak balas dendam. Malam ini saksinya. Malam seribu bulan. 

Tulusku sudah dinodai. Perjuanganku sudah dirampok. Tertawalah sekarang, karena Allah melihat semua bejatmu, dibalik kepasrahanku. 

Malang, 5 Mei 2021

Oleh Eko Irawan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline