Jadi pegawai atau karyawan baik negeri atau swasta, sepanjang karier kita masih pegawai atau karyawan, dengan status staff biasa, level anak bawang tetaplah melekat. Pernyataan ini mungkin salah, tapi faktanya begitu. Saya pribadi masih saja direndahkan, dibodohkan dan diremehkan oleh rekan kerja dan klien kantor yang belum tahu kapasitas saya.
Dalam level karyawan, bodoh pintar, giat malas gajinya sama saja. Kamu tidak punya wewenang apapun, kecuali harus taat SOP. Inovasimu kadang dianggap tidak level, karena sekolahmu apa, kamu siapa dan kadang klien kantor saat kamu tugas di front office kantormu, merendahkan kamu. Seolah kamu petugas yang mempersulit suatu urusan, padahal kamu hanya bertugas menyampaikan persyaratan. Dikiranya kamu sedang akal amalan, dan klien kantormu itu minta menghadap boss. Ini fakta pengalaman pribadi karena sebagai karyawan, sudah resiko dianakbawangkan oleh mereka yang tidak tahu kapasitas dan integritas diri kita. Padahal bukan fresh graduate lagi. Jika sebagai pelayan publik kamu jaim dan sombong, juga salah.
Bagaimana tips agar kita tidak dianakbawangkan sedemikian rupa, sehingga kita bisa nyaman berkarier ? Berikut ulasannya, semoga menginspirasi.
BALADA KARYAWAN
jika levelmu karyawan, sampai pensiun pun harus ikhlas disuruh suruh atasanmu, walau sejatinya atasanmu berumur lebih muda. Jika sudah terlanjur jadi karyawan, harus ridho menerima hal tersebut, karena kamu harus taat aturan, dan diinstansi tersebut tidak butuh orang yang pintar, tapi orang yang manut. Siap siap saja jadi kerbau dicolok hidungnya.
Sistem rekrutmen pegawai adalah asal muasalnya. Fresh graduate biasanya melamar kerja asal diterima. Yang penting kerja. Kenapa saat melamar kerja dulu kamu tidak melamar posisi manager? Atau jabatan menengah sesuai ijasah sarjanamu? Instansimu tidak salah memperlakukan kamu sesuai porsi diawal kamu melamar. Pandangan fresh graduate yang asal diterima kerja adalah cikal bakal dianakbawangkan dirimu, karena kapasitasmu dinilai berdasarkan kedudukanmu. Inilah balada karyawan. Apalagi disaat pandemi, cari kerja sulit dan syukuri jika masih dapat peluang, dengan resiko dianak bawangkan.
KARYAWAN TANGGUH
bagi yang sudah terlanjur jadi karyawan, secara psikologi belajarlah seperti bunglon. Artinya dirimu harus punya kecerdasan mental menyesuaikan diri dengan pola kerja dan siapapun atasanmu. Sikap mengeluh, sambat dan protes pada cara kerja atasan, akan membuat dirimu tidak nyaman. Kerja akan terpaksa dan akan berdampak pada prestasi kerjamu. Malas dan tidak profesional.
Jika terpaksa jadi karyawan karena segi umur sudah lanjut untuk resign dan andai resignpun kamu tidak punya daya tawar ditempat lain, langkah yang harus kamu lakukan adalah tetap rajin, semangat, ikuti aturan dan jangan mengeluh. Kamu kerja untuk sebuah sistem, tentu gaji dan fasilitas juga berbeda. Syukuri saja. Wajar yang penghasilannya besar adalah atasanmu, karena porsi tanggung jawab berada ditangan atasan.
PERSIAPAN PENSIUN ANAK BAWANG
yang terjebak seumur hidup dalam skema karyawan melulu haruslah punya persiapan dini sebelum pensiun. Karyawan itu bertahun tahun disuruh suruh doang, sehingga semangat mandiri dari diri sendiri tidak ada. Saat tidak ada yang menyuruh, tidak akan punya inisiatif. Ini bukan nasib, tapi ini pola pikir yang harus dirubah. Saat pensiun apa yang kamu lakukan? Buka kantor di rumah? Bisakah? Punya modal berapa? Karyawan itu gajinya pas Pasan, sehingga saat pensiun jelas tidak punya modal.