Malam bersamamu. Dalam temaram rembulan. Menyembul dibalik awan. Dingin semilir sisa hujan barusan. Berpegang tangan. Terucap, aku takut jatuh cinta padamu.
Cinta tak pernah salah. Jalani saja kisah ini, walau ini bukan seyogjanya. Sedari awal ini memang salah tempat. Salah orang. Tapi cinta hadir tak kenal itu.
Tak bisa kupungkiri. Kaulah yang terbaik. Kau bisa mengerti aku. Kau sanggup memberiku terang. Dalam gelap malam malamku. Tapi ini Romantisme dighosting ala rembulan. Indah dipandang, tapi tak bisa dimiliki.
Semakin jauh aku mencintaimu, semakin berat aku tak mampu memilikimu. Dan kaupun pergi. Tanpa kata. Tanpa pesan. Walau aku dekat, tapi kau jauh.
Jadilah ini cinta rahasia. Tapi hanya aku sendiri. Aku terjebak rasa menunggu. Terjebak rasa sakit. Terjebak sendiri.
Bertahan itu berat. Karena kau hanya ada dalam khayalku. Kau temani sepiku. Tapi saat kau butuh, kau tak ada untukku.
Terjawab sudah kataku sendiri. Aku takut jatuh cinta padamu. Dan saat aku benar benar cinta, ternyata kau tak pernah ada untukku.
Haruskah aku menunggu. Cinta tanpa memiliki. Sakit sendiri. Sepi sendiri. Tanpamu.
Malang, 27 Februari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H