Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Menepi di Batas Sepi

Diperbarui: 24 Februari 2021   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Apakah arti hidup. Disini. Bumi terindah sejagat raya. Tempat ternyaman untuk umat. Bernama manusia.

Lahir tak bisa memilih. Hidup hanya jalani. Lalu mati. Hanya Iman yang bisa menjawab. Tentang makna. Itupun tak kuasa engkau jabarkan. Seperti unta yang memikul karya besar para pujangga.

Renungan makna. Tafakur diam. Lelah dalam riuh gemuruh. Lalu menepi dibatas sepi. Untuk memilih. Langkah selanjutnya. Dalam jalan takdir.

Panji Panji ideal berkibar. Tapi terlalu bodoh, untuk meresapi. Apa. Untuk apa. Untuk siapa. Dapat apa. Hanya jalani percaturan. Pertarungan kepentingan. Diolok olok saat gagal. Dijauhi saat jatuh. Dan dikerubuti saat berjaya. Pahit getir hidup, manis saat kau punya apa, untuk kepentingan mereka.

Terlalu rendah jika menyangkut uang. Tapi tanpa uang, kau akan diusir. Karena semua diukur dengan materi. Hadirmu bagai tak ada yang menghargai. Karena lupa caranya, setelah butuh tercukupi. Tapi saat kau tak dibutuhkan, disapapun tidak.

Carut marut hasrat manusia. Lepaskan. Sekali waktu. Agar tenang. Untuk temukan lagi. Makna makna tersembunyi. Menepi dibatas sepi. Bukan untuk lari. Tapi untuk memulai kembali. Pertarungan hidup. Bersama takdir Illahi.

Malang, 24 Februari 2021

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline