Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Memaknai Lukisan Bebatuan

Diperbarui: 17 Februari 2021   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri memaknai lukisan bebatuan

Berserakan. Dipelataran. Panggung dunia. Seperti bebatuan. Sama. Tak berbeda. Itulah manusia.

Bertumpuk. Berdesakan. Kadang berguna. Kadang terbuang. Kemanapun terusir. Disapu laju jaman. Persaingan dalam keras bebatuan. Yang perkasa, kuat bertahan. Yang lemah jadi butiran debu.

Memaknai Lukisan bebatuan. Seperti berkaca tentang hidup. Keras. Penuh benturan. Hanya satu yang bedakan. Karena tempaan, akan peroleh derajat mulia.

Batu akan mulia, saat ditempa. Diuji dalam kerasnya cobaan. Dipalu. Dipecah. Digosok. Hingga kelak bertahta, dalam jemari pengagumnya.

Ujian batu. Tak sembarang batu yang akan mulia. Seperti itu jua manusia. Meraih derajatnya, karena ujian hidup. Belajar memaknai lukisan bebatuan.

Berjuanglah tanpa lelah. Terus melangkah. Bertarung dalam ring kehidupan. Siapa yang kuat akan unggul. Namun manusia lebih beradab. Punya jiwa kasih. Untuk saling menolong. Saling menopang. Dalam kasih kemanusiaan.

Memaknai lukisan bebatuan. Lihat dan rasakan. Belajar peduli, belajar peka. Tentang ayat ayat Kauniyah. Ayat ayat bertebar di Jagad raya. Pesan Untuk Manusia, hanya Yang Peduli, yang bisa merasakannya. Agar bermakna.

Malang, 17 Februari 2021

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline