Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Merelakan demi Bahagiamu

Diperbarui: 16 Februari 2021   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri / merelakan demi bahagiamu

Kisah ini tentang pilihan. Harus ke mana. Bertahan. Atau pergi. Semua ada risiko. Tak bisa dipaksakan. Merelakan. Demi Bahagiamu.

Ketika malam semakin larut. Sendiri dalam kecemasan. Kehilangan tujuan. Diam, tersiksa. Pergi merana. Hanya dalam tanda koma, sia sia.

Pilihan paling pahit. Sama sama sakit. Dipaksakan semakin meronta. Dibiarkan jadi gila. Terasing dalam hari hari yang semakin hampa. Tak ada semangat, tak ada rencana. Terjebak dalam kisah. Buntu. Menunggu.

Ambang menyerah. Sejengkal lagi terjungkal. Dalam gelap. Karena pilihan dilema. Maju mundur sama saja. Ada yang tersakiti. 

Haruskah hanya menanti. Tak pasti. Menyiksa diri. Tapi ini jalan terbaik. Merelakan. Demi bahagiamu. Karena tidak bisa dipaksakan lagi.

Pil pil pahit harus kutelan. Agar semua ini cepat usai. Aku sudah berdarah darah. Tapi demi bahagiamu. Sekalipun  juangku hanya bintang bintang yang dilupakan. Kupasrahkan, karena itulah milikku. Walau tak diakui.

Malang, 16 Februari 2021

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline