Rabu Wage, 7 November Tahun 944 Masehi. Jejak Mpu Sindok menapak. Tlatah Ngawonggo kini, dahulu tersebut Kaswonggo, pernah jadi kisah. Tentang Peradaban manusia.
Menembus ruang dan waktu. Menyusuri kembali kolam peradaban. Tempat menempuh ilmu pada masanya. Membersihkan raga diair patirtan. Serasa masuk ke dewaguruan. Me-Reka ulang sejarah. Menapak tilas jejak jejak masa lalu.
Jejak sejarah 1000 tahun Ngawonggo. Sudah ada sebelum Kotaraja Singhasari berdiri. Sudah ada sebelum Panji Panji Kebo Anabrang berkibar. Mewujudkan Cakrawala Mandala Dwipantara. Peradaban Tirta, mengikuti sungai bahagia, aliran sungai manten.
Patirtan sumber air kehidupan, dari masa lalu. Tetap mengalir sampai jauh. Hingga keujung jaman. Yang terus berganti dari jaman ke jaman. Hingga waktu kini. Saat kita duduk disini.
Pesan lestarikan alam. Lindungi sumber daya. Agar sejarah tidak dilupakan. Disinilah panca kahyangan. Agar air tetap jernih, sumber hidup masa depan.
Patirtan Tomboan Ngawonggo, 13 Februari 2021 oleh Eko Irawan.
------------------
Bedah Sejarah Situs Ngawonggo
Situs petirtaan atau pemandian suci menurut keyakinan tertentu pada masanya ditemukan di Dusun Nanasan, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-10 masehi pada masa Kerajaan Medang yang dipimpin oleh Mpu Sindok
dengan melihat asal kata dari nama desa tempat ditemukannya situs itu. Yaitu Ngawonggo yang merupakan kata lain dari kaswangga. Kata kaswangga disebut dalam pancakahyangan Prasasti Wurandungan atau Kanjuruhan B yang dikeluarkan pada Rabu wage 7 Nopember 944 masehi atau pada abad ke-10 masehi saat Mpu Sindok memimpin Kerajaan Medang.
Diperkirakan ada tiga blok atau kolam pemandian yang saling berhubungan di lokasi itu. Sementara setiap pemandian memiliki pancuran air masing - masing. pada zaman dulu, petirtaan atau pemandian memiliki manfaat ganda. Selain untuk kebutuhan air bersih penduduk, pemandian juga menjadi lokasi religius. Oleh karenanya, pada situs itu ditemukan pahatan sembilan arca dan aksara jawa.