Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Rumah Tanpa Dinding

Diperbarui: 8 Februari 2021   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kutahu engkaulah yang paling sempurna. Dirimulah idamanku. Kesalahanku satu. Aku jatuh cinta padamu. Dan itu jadi masalah. Karena cinta ini hanya sepihak saja. Kau menerimaku, tak lebih dari rasa kasihan. 

Keputusanmu benar. Ini tak mungkin. Cinta tak salah. Tapi cinta ini terdampar. Ditempat tak seharusnya aku berada. Salah tempat. Salah waktu. Salah pilihan.

Aku tak bisa menipu diri. Aku butuh seseorang. Dan dirimu hadir. Bisa menerimaku. Bisa memecahkan soalku. Memberi terang dan solusi. Aku terpesona padamu. Dan jadilah api asmara.

Kehadiranku terlalu cepat. Proses ini bagai supersonik. Sekali lepas kendali, akan membakar diriku sendiri. Tempat ini, nyaman bagiku, tapi tidak untuk memilikimu.

Terjebak cinta khayal. Hanya sepihak. Aku membayangkan ini ada. Ilusi bahagia. Bertabur bunga bunga romantis. Tapi hanya sebatas imajinasi. Ada tapi tak pernah ada.

Nekad, habislah aku. Ini pertaruhan maut. Aku terlanjur terlacak radar. Aku dalam jangkauan cctv. Sekali salah, rudal rudal menghantam aku. Tiada ampun.

Rumah tanpa dinding. Semua nampak. Ini lebih baik. Agar jalan takdir segera datang. Untuk hidup selanjutnya. Meskipun kutahu, ini tak akan bersamamu. Bukan dirimu yang menemaniku. Bersemi dalam cinta yang lain, cinta yang belum datang. Cinta yang belum terjawab. 

Malang, 8 Februari 2021

Oleh Eko Irawan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline