Kesepian berteman roti. Tanpa siapapun. Karena ini sendiri. Dialog bisu tanpa kekasih. Dia hanya ada dalam bayang. Menunggu dia datang. Entah kapan.
Bagiku kau seperti ada. Menyambut datangku. Merindu hadirku. Mencariku saat aku tak bisa pulang. Selalu khawatir saat aku tak berkabar. Cemas saat aku sakit. Dan kau temani hidupku, mendengar ceritaku dan semangati aku, saat aku lelah.
Di sini, seperti rumah kita berdua. Bersama ikan ikan ceria. Syahdu dalam dekapan cinta. Senyum menghias, menghibur aku yang gundah. Tapi ini halu. Ini bohong. Karena kau tak ada di sini. Karena aku sendiri, kesepian berteman roti.
Sakit jiwaku. Lama lama bisa gila aku. Sinting, membayangkan kamu ada, tapi tak ada bersamaku. Edan, seolah ini nyata, tapi ini hanya khayalanku semata.
Aku kesepian. Aku kelaparan. Tak ada yang pedulikan aku. Terasing di sini. Dalam khayal. Datanglah kasihku. Temani saat aku sakit. Menderita seperti ini. Tersiksa tanpa solusi. Terjerat halusinasi. Apakah bahagia sudah terlarang?
Aku ingin engkau. Temani saatku susah. Bukan engkau yang datang saat semua ini usai. Aku butuh sekarang. Saatku lelah. Tak punya semangat. Putus asa sendiri. Aku butuh ditemani. Didengar curhatku. Didekap kedinginanku.
Sepi ini membunuhku. Aku terpenjara sepiku sendiri. Tanpamu. Sungguh ini tersiksa. Dunia tanpa kekasih. Suram. Tiada bara dan terang.
Malang, 3 Februari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H