Tersenyumlah bahagia. Menarilah dansa. Injak injaklah kehormatan. Jika itu membuatmu puas. Fitnah ini mulutmu. Setajam silet. Menyobek kejujuran. Yang benar, jadilah sampah.
Aku terima, tak dendam. Yang sakit itu kamu. Engkau mulia Dimata manusia. Engkau dipuja. Sang maha benar. Melampaui kuasa Tuhanmu. Tapi engkau hanya benar menurut dirimu sendiri. Itulah pembenaranmu.
Engkau buat aku terhina. Sangat hina. Jika itu membuatmu puas, silahkan. Engkau sudah menyakiti. Sudah membuat susah. Dalam kepahitan. Dalam kesulitan, karena ulahmu. Kau kira Tuhanmu tak melihat?
Kau memang dibela. Ulahmu dipuja. Tindakanmu pahlawan. Kau hebat. Itulah dirimu. Tapi apa Tuhanmu menilai seperti itu?
Terhina. Aku terima. Aku tak protes. Karena aku tak akan meniru dirimu. Dan semoga aku tak pernah menjadi sepertimu. Itu saja doaku. Agar dendam jadi damai. Damai dalam keadilan yang benar. Bukan pembenaran agar dipuji manusia.
Malang, 24 Januari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H