Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Asbak Lathu

Diperbarui: 24 Desember 2020   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahan Pribadi Asbak Lathu

Asbak ini jadi sahabatku. Kebiasaan yang tak sehat. Berteman kepul asap. Semakin stress, semakin parah.

Racun dalam asap. Terhisap. Bikin sesak dada. Namun ini jadi teman hari hariku. Kecanduan yang fatal. Dalam asbak lathu. 

Hidup yang terbakar. Saat harus jadi abu. Lathu yang harus dibuang. Sia sia. Tinggal Putung. Saat setelah tak dihargai lagi. Sudah tak dibutuhkan. Siap siap dibuang.

Keluh kesah mubazir. Sudah tidak dihargai lagi. Karena hidup sudah jadi ilusi. Seperti imajinasi. Yang ada, tak diakui. Dihapus dendam. Membalas kekecewaan. Agar puas. Tapi bumerang.

Asbak lathu. Jadi sampah. Terbuang. Sejenak menata diri. Terlampau sakit direnungi. Lari dari kenyataan. Tapi tak kuat. Hingga berteman kepul asap.

Solusi sementara. Berteman kopi. Merangkai lagi asa. Untuk menghadapi. Neraka neraka dunia. Yang kecam. Tanpa ampunan. Seolah Tuhan. Yang berhak mengadili dan memberi hukuman. Cari alasan untuk pembenaran.

Sesungguhnya, nikmat apa lagi yang engkau dustakan. Saatnya berpisah di persimpangan. Hidup terlalu mahal untuk dipermainkan. Rugi dan sesal bukan pilihan. Ya sudahlah, iklaskan saja. Seperti abu. Asbak lathu. Yang terbuang.

Malang, 24 Desember 2020

Oleh Eko Irawan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline