Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Tak Bergandeng Tangan, tapi Tuntut Sempurna

Diperbarui: 22 Desember 2020   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahan pribadi Eko Irawan : Tak bergandeng tangan, tapi tuntut sempurna | dokpri

Kau tuntut sempurna. Harus tercukupi semua. Tapi tak saling terima. Terus sengketa. Berjalan sendiri sendiri. Dibanding bandingkan lagi. Tak cocok, dipaksa sinergi.

Solusi hanya ilusi. Semua buntu, tak ada berkah Rizki. Menghabiskan umur hanya untuk bertengkar. Debat kusir tanpa akhir. Menikmati sia sianya umur. Mubazir dan tersingkir.

Apa yang indah jika kata sabar sudah end. Tak ada lagi syukur. Yang ada minta sempurna. Tuntutan wajib ada. Kurang dan terus kurang. Terjerat dalam kesulitan.

Inilah rumah neraka. Dibakar bara. Aku hanya sapi perah yang dipaksa kerja. Harus ada, tapi adapun dibilang kurang. Kau kira tinggal ambil saja? Sementara, mana hakku? Kau berikan siapa? Tapi kenapa aku yang dituntut, bukan dia yang kau kasih lezatnya nikmat. Tapi aku yang dipersalahkan.

Hubungan macam apa. Sudah hambar. Rejeki pun menjauh. Karena sudah tak ada lagi berkah. Terus apa yang akan dipertahankan?

Malang, 22 Desember 2020

Oleh Eko Irawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline