Kau tuntut sempurna. Harus tercukupi semua. Tapi tak saling terima. Terus sengketa. Berjalan sendiri sendiri. Dibanding bandingkan lagi. Tak cocok, dipaksa sinergi.
Solusi hanya ilusi. Semua buntu, tak ada berkah Rizki. Menghabiskan umur hanya untuk bertengkar. Debat kusir tanpa akhir. Menikmati sia sianya umur. Mubazir dan tersingkir.
Apa yang indah jika kata sabar sudah end. Tak ada lagi syukur. Yang ada minta sempurna. Tuntutan wajib ada. Kurang dan terus kurang. Terjerat dalam kesulitan.
Inilah rumah neraka. Dibakar bara. Aku hanya sapi perah yang dipaksa kerja. Harus ada, tapi adapun dibilang kurang. Kau kira tinggal ambil saja? Sementara, mana hakku? Kau berikan siapa? Tapi kenapa aku yang dituntut, bukan dia yang kau kasih lezatnya nikmat. Tapi aku yang dipersalahkan.
Hubungan macam apa. Sudah hambar. Rejeki pun menjauh. Karena sudah tak ada lagi berkah. Terus apa yang akan dipertahankan?
Malang, 22 Desember 2020
Oleh Eko Irawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H