Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Setelah Pensiun ke Mana?

Diperbarui: 15 Desember 2020   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri Eko Irawan : setelah pensiun ke mana

Ini sebuah renungan saya pribadi. 27 tahun saya mengabdi sebagai PNS. Bangga jelas iya. Karena setiap hari saya berseragam PNS dengan sepatu mengkilat dan tidak semua orang punya kesempatan menjadi abdi negara seperti saya ini. Sebuah anugerah yang harus saya syukuri. 

Namun saya kembali merenung. Pensiun masih 10 tahun lagi. Tapi saya tak boleh lengah. Setelah pensiun kemana? Berdasar pengalaman kerja saya disebuah instansi pemerintahan, sekalipun saya hanya staf pengadministrasi umum, namun banyak ilmu yang saya dapat. Dan keresahan tetap menghinggapi pikiran saya. 

Pertanyaannya sepele. Mungkin saya jago administrasi di kantor kelurahan. Namun setelah pensiun, apa mungkin saya buka kantor kelurahan dirumah? Jelas jadi tertawaan orang, Paling nantinya bisa jadi makelar surat. Tapi 10 tahun lagi, apa laku pekerjaan makelar surat? Sementara sekarang saja, surat surat sudah digitalisasi dan orang bisa mengurus surat via online. 

Belakangan saya memang kunjungi teman teman yang pensiun. Mereka ada yang jadi pedagang es jadoel. Ada yang jadi petani. Ada yang jadi deptcolector. Ada yang ojek. Dan macem macem profesi lainnya, asal halal ya mereka lakukan. Bahkan ada yang masih tetap berseragam dinas, dan ngopi ngopi disekitar kantornya dahulu. Rata rata mereka bilang, stress karena tidak siap pensiun. Dan beberapa dari mereka itu ada yang sakit, stroke dan tak berapa lama kemudian meninggal. Seperti inilah fenomena yang saya lihat diseputar teman teman saya yang pensiun.

Memang ada, teman teman yang pensiun itu, enjoy enjoy aja. Kenapa ada yang siap, dan kenapa banyak yang tidak siap. Berdasarkan wawancara sambil ngopi, jadilah artikel ini. Inspirasi ini didapat dari rekan yang siap pensiun, berikut tipsnya saya rangkum disini. Semoga menginspirasi dan menolong banyak pegawai yang lagi galau menjelang pensiun.

Tidak punya wawasan Bisnis 

Ternyata, mayoritas pegawai itu tidak punya wawasan bisnis. Saya penasaran apa maksudnya. Ahli dibidang administrasi, memang iya. Tapi kepekaan mandiri dan filling memutuskan sesuatu, ternyata tidak ada. Kok seperti itu? Selama bertahun tahun, mereka jalankan tugas administrasi. Dasarnya perintah atasan dan tupoksi yang sudah diformulasikan. 

Laksanakan tugas hingga tuntas, usai. Begitu setiap hari sampai pensiun. Tak perlu mikir penghasilan, pada tanggal tertentu dijamin gajian. Tingkat gaji berbeda beda berdasar pangkat, dan khabarnya ke depan akan dibuat sistem gaji baru berdasar kinerja.

Ini menurut mereka yang tidak punya jabatan struktural. Enak tanpa mikir inovasi, yang penting gajian. Namun setelah pensiun, akan bingung. Karena tunjangan hilang, yang ada gaji pokokpun berkurang. Kaget, tentu iya. Apalagi yang dapat fasilitas mobil dinas, rumah dinas dan tunjangan jabatan struktural. 

Setelah pensiun, itu diminta dikembalikan. Bahkan saya ketemu seseorang mantan kepala dinas, yang maaf harus keliling ke kantor teman temannya yang masih dinas untuk tujuan minta sangu. Lho kok? Ya, seperti inilah potret teman teman pegawai yang sudah pensiun.

ternyata ini berasal dari mindset cara berpikir pegawai yang bersangkutan. Nyantai, asal menggugurkan kewajiban dinas, beres, tiap bulan dapat gaji. Bahkan ada pegawai yang kodenya 804. Apa itu? Sebelum jam 8 datang absen. Kerjanya ghibah, main hp dan ijin keluar. Jam 4 sore datang lagi, absen. Beres. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline