Ternyata, ada bunga di tengah bunga. Dirimu. Dan aku tak kan jadi kumbang. Yang hanya menghisap madu. Lalu pergi meninggalkanmu. Untuk bunga yang lain. Itu jahat.
Krenteg ati telah membawaku padamu. Pada pertemuan itu. Yang tak pernah terencana. Tiba tiba saja. Aku terpesona. Dalam gejolak asmara. Dalam pandangan pertama.
Kita pernah sebangku. Pernah dikatai pacaran. Tapi saat kita masih kecil. Di bangku sekolah dasar. Tak tahu apa itu. Tak ada perasaan apapun.
Tiga puluh tahun berlalu. Bertemu kembali. Dan itulah rahasia yang tak pernah dimengerti. Kenapa jatuh hati padamu.
Kau bunga yang indah. Tapi kau bunga di tengah bunga. Kau harapan baruku. Setelah aku kandas dengan cinta terdahulu. Kau semangatku. Kau mengubahku. Untuk hidup agar lebih hidup. Bersamamu kelak.
Dukunglah aku. Semangati aku. Bersamamu aku bisa. Bersamamu aku tangguh. Tak ada janji yang bisa kupersembahkan. Yang ada adalah langkah bersamamu.
Bersamamu aku bisa. Memulai langkah mewujudkan istana. Untukmu. Suatu hari kan kujemput engkau. Kankujadikan dirimu ratu. Seperti kelopak mahkota bunga. Kaulah sang bidadarinya.
Kau yang terindah. Terimalah cinta tulusku. Buang jauh ragumu. Karena ini milikmu. Terwujud karena dukunganmu. Tanpamu, aku tak akan mampu.
Malang, 13 Desember 2020 oleh Eko Irawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H