Sejauh apa minat budaya baca di negeri ini? Malas ya? Kadang baca judul dan pembukaannya, sudah memutuskan sebuah opini, lalu koar koar. Pelajar yang malas baca, sama halnya petani tanpa cangkul. Apa mau bertani pakai tangan? Kapan majunya? Artikel berikut mencoba menginspirasi agar membaca menjadi kebutuhan. Berikut tipsnya
Tak butuh membaca?
Serius tak mau baca? Malas baca sama halnya orang sombong yang bodoh tapi sok tahu. Gampang ditipu orang. Gampang diprovokasi hoax. Padahal perintah Iqro' atau bacalah ada di Al Qur'an. Artinya membaca itu penting. Kemajuan intelektual akan dimiliki oleh orang yang rajin membaca. Yang malas, ya wassalam.
Budayakan baca sampai tuntas
Membaca itu jangan hanya baca judul, lalu menyimpulkan dan sok tahu. Sok paham. Ini berbahaya, karena dirimu akan jadi sumber hoax menyesatkan bagi orang lain. Sudah salah, dishare lagi. Fatal akibatnya. Agar pengetahuanmu valid, budayakan baca itu sampai tuntas. Biar pemahamanku, tidak setengah setengah. Jika sekolah, emang mau dapat nilai setengah aja.
Baca, baca dan baca
Pelajar dan penulis adalah dua profesi yang membutuhkan membaca sampai paham. Pelajar butuh baca agar dapat nilai dan lulus memuaskan. Kasihan orang tua yang membiayai sekolah, tapi yang jadi murid malas membaca. Dan bagi penulis ibarat orang dagang. Dia jual product tulisan agar dibaca orang lain. Sungguh lucu dia berharap tulisannya dibaca pihak lain, tapi dia ogah baca.
Membaca itu ibarat mengasah pisau. Semakin jarang baca, pisau intelektualnya akan tumpul. Tips sederhananya, baca, baca dan baca. Membaca itu sumber telaga pengetahuan yang menyuburkan pengetahuanku.
Demikian hal sederhana yang saya sampaikan di kelas belajar alternatif yang selalu saya sampaikan. Mau diterapkan silahkan, mau ditolak juga silahkan. Yang butuh pengembangan intelektual itu diri anda sendiri kok. Selamat mengeksplore dunia baca anda.
Malang, 28 November 2020
Oleh Eko Irawan