Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Puisi: Belik Kali Akhir

Diperbarui: 31 Oktober 2020   02:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dokumen pribadi belik kali akhir

Air

Sumber kehidupan. Sumber peradaban. Mengalir dari celah rimbunnya bambu. Disana menyimpan kisah. Tentang hidup. Sejak awal mula.

Kala dimulainya nafas sebuah dusun. Mengaliri hamparan padi. Yang tumbuh subur di tlatahmu. Memberi harapan untuk terus hidup. Dalam belik kali akhir

Saat pagi menjelang. Semua datang. Untuk bersuci diri. Untuk menanak nasi. Untuk meminum segarnya aliran sumbermu.

Saat petang. Berbondong datang. Untuk mencurahkan hati. Tentang hari ini.

Lestarikan belikmu. Dari sana ikan ikan akan jadi jayanya kampungmu. Syukurlah apa yang jadi anugerahmu. Karena kamu masih ada. Menjadi sumber. Menjadi inspirasi.

Belik kali akhir. Kamu adalah sumber mata air. Kamu telah mengawal kampung agar tetap hidup. Hingga hari ini. Hingga berlanjut ke masa depan. Kali akhir bukanlah akhir. Dia adalah awal. Untuk terus mengalir. 

Selalu air mengalir. Itulah selilir. Namamu abadi, selalu bangkit untuk terus mengalir. Bersama ikan ikan. Bersama guyubnya wargamu berjuang. Agar hidup terus hidup. Seperti air mengalir, yang tak pernah berakhir.

Ditulis oleh Eko Irawan di tlatah bumi slilir, 31 Oktober 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline