Air
Sumber kehidupan. Sumber peradaban. Mengalir dari celah rimbunnya bambu. Disana menyimpan kisah. Tentang hidup. Sejak awal mula.
Kala dimulainya nafas sebuah dusun. Mengaliri hamparan padi. Yang tumbuh subur di tlatahmu. Memberi harapan untuk terus hidup. Dalam belik kali akhir
Saat pagi menjelang. Semua datang. Untuk bersuci diri. Untuk menanak nasi. Untuk meminum segarnya aliran sumbermu.
Saat petang. Berbondong datang. Untuk mencurahkan hati. Tentang hari ini.
Lestarikan belikmu. Dari sana ikan ikan akan jadi jayanya kampungmu. Syukurlah apa yang jadi anugerahmu. Karena kamu masih ada. Menjadi sumber. Menjadi inspirasi.
Belik kali akhir. Kamu adalah sumber mata air. Kamu telah mengawal kampung agar tetap hidup. Hingga hari ini. Hingga berlanjut ke masa depan. Kali akhir bukanlah akhir. Dia adalah awal. Untuk terus mengalir.
Selalu air mengalir. Itulah selilir. Namamu abadi, selalu bangkit untuk terus mengalir. Bersama ikan ikan. Bersama guyubnya wargamu berjuang. Agar hidup terus hidup. Seperti air mengalir, yang tak pernah berakhir.
Ditulis oleh Eko Irawan di tlatah bumi slilir, 31 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H