Foto diatas adalah dokumentasi foto kegiatan historical reenactment, kisah Perjuangan di Kota Malang masa agresi Militer yang direka Ulang dalam rangka pembelajaran sejarah oleh Pegiat Sejarah komunitas Reenactor Ngalam. Kegiatan ini sebenarnya hobby dari Anggota Komunitas Reenactor Ngalam. Seiring Perkembangan, dari Komunitas hobby menjadi sebuah pengembangan karier berbasis hobby. Bagaimana prospek pengembangan karier dan apa saja yang bisa dikembangkan dalam hobby satu ini. Ikuti artikel ini, semoga menginspirasi
Mengenal Reenactor
Belum banyak khalayak umum yang tahu apa sih Reenactor itu. Rata rata pemahamannya menganggap hobby reenactor sama dengan hobby onthel. ada yang menganggap Hobby reenactor sebagai cosplay. ada pula yang menganggap reenactor sebagai penghobby airsoftgun. Salah kaprah ini terjadi karena orang melihat dari persamaan, bukan pada inti dasar yang membedakan.
Bagi Para penghobby sebenarnya enjoy enjoy saja disamakan, toh kegiatan hobby ini untuk kepentingan pribadi masing masing, meskipun inti kegiatannya berbeda. Tujuan dari hobby juga untuk kepentingan pribadi, yaitu melepas kepenatan hidup setelah lelah beraktivitas dalam beberapa waktu.
Tujuannya melepaskan stress. Apapun kata orang, para penghobby ini easy going aja. Mereka menikmati hobbynya yang kadang terasa aneh di mata umum. kok mau maunya, seperti kurang pekerjaan saja. Lagi pula antar para penghobby ini meskipun berbeda genre dan komunitas, mereka tidak ada permasalahan yang layak dipersoalkan. Perbedaan bukan untuk mencari musuh, tapi perbedaan mempererat persaudaraan sesama penghobby, yang penting berhobby itu enjoy dan menyenangkan.
Kembali ke Pertanyaan awal, apa sih reenactor itu? Reenactor adalah orang yang melakukan kegiatan historical Reenactment untuk kepentingan pembelajaran sejarah, baik untuk diri sendiri sebagai hobby, maupun untuk kepentingan pembelajaran sejarah kepada khalayak umum sebagai bentuk berbagi pengetahuan. Apalah arti memiliki pengetahuan kesejarahan setinggi langit, tapi hanya untuk disimpan sendiri. Ilmu akan lebih bermanfaat jika dishare, baik melalui kegiatan bincang bincang, kegiatan literasi dan kepenulisan, pembuatan foto impresi reenactment, pembuatan video napak tilas sejarah dan pementasan drama teatrikal sejarah.
Reenactor tidak ngawur dalam merekontruksi Pembelajaran sejarah dalam setiap kegiatannya. artinya kegiatan Reenactment tetap memperhatikan bukti otentik yang tercatat dalam sejarah dan bisa dipertanggungjawabkan secara akademik berdasarkan bukti otentik. Hal hal yang bersifat ngawur, seminimal mungkin dihindari karena disebut farb.
Misal untuk merekontruksi kejadian agresi militer belanda tahun 1947, maka terlebih dahulu melakukan riset sejarah tentang apa yang terjadi dan apa yang digunakan. Jika pemeran Belanda dalam drama teatrikal tersebut memakai doreng TNI jaman Now dan menenteng senapan buatan PINDAD, apakah itu sesuai bukti otentik? Kenapa?
Karena Pada Tahun 1947, Kostum doreng TNI jaman Now dan senapan Buatan pindad, belum diprodoksi. Jika dipaksakan sebagai bentuk reka ulang, artinya melakukan penipuan publik yang fatal. Penonton ditipu mentah mentah bahwa Tentara belanda tahun 1947 sudah memakai kostum TNI jaman Now dan membawa senapan buatan PINDAD yang terbukti nyata pada tahun 1947 belum diprodoksi.
Pelajaran sejarah adalah menyangkut masa lampau, bukan memaksakan aktribut jaman now yang dipaksakan untuk merekontruksi masa lalu. Disinilah dibutuhkan belajar sejarah otentik, dan bukan penafsiran ala kadarnya. Hal hal ini terjadi karena penyelenggara tidak belajar sejarah, dan menafsirkan sejarah sesuai seleranya sendiri. Kita bisa melihat hal ini di Karnaval karnaval disekitar kita. Yang penting meriah, tapi mengabaikan keontetikan sejarah yang diusung. Jadi tujuan pembelajaran sejarah otentik dikesampingkan untuk tujuan kemeriahan hiburan semata.
Namun demikian, tidak semua sejarah bisa direka ulang untuk kepentingan pembelajaran. Tujuan Teatrikal Reenactor adalah menumbuhkan semangat persatuan, cinta tanah air dan semangat nasionalisme. Reenactor berprinsip no political issue. Tidak ada afiliasi ataupun kepentingan politik tertentu dari tema sejarah yang diusung.