Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Ketika Tulisanku Tidak Ada yang Membaca

Diperbarui: 4 Februari 2019   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi buku dari https://www.bbc.com

Udara malam menembus relung relung sempit di ujung gang rumah sederhana ini. Udara berkali kali mendorong pintu seng di ujung sana dan bunyi dar der dor beberapa kali terdengar.

 Sudah tiga tahun ini tiap malam aku mendengarkannya. Semula aku kaget, namun jadi hiburan tiap malamku bersama lampu tua temaramku. Lampu ini menemaniku membaca tiap malam. aku memang mengumpulkan ide ide dari buku buku ini. 

Dari sini banyak ide mengalir dalam coretan coretan naskah. Jam sudah menunjukan pukul 23.42. Udara tambah dingin menyengat. kucek laptopku, ternyata artikelku di blogger media online belum banyak diakses. "Hmm...".gumamku sedih. Ternyata tulisanku belum ada yang membaca.

Suatu Pagi, Tiga Hari Lalu

Aku terdiam diujung pertokoan lapak buku bekas. Toko yang kutuju belum buka. Beberapa anak muda mahasiswa semester awal lalu lalang didepanku. Mereka mencari buku buku tertentu dari tugas dosennya. Disebelahku ada seorang Pelapak Buku melayani pertanyaan mereka.

"Ada Buku Pengantar Ilmu Sejarah Pak?" tanya seorang gadis sambil menunjukan foto cover buku yang dicarinya di Handphone. Pak Tua itu mengernyit dahi dan menjawab, "Habis Dik, ada Yang dicari lagi" tanyanya. 

Rombongan demi rombongan datang silih berganti hingga pak Tua itu letih dan duduk dan meminum kopi hangatnya. "Udah sehari ini lum ada yang beli. Tapi banyak Yang tanya saja" keluhnya padaku sambil tersenyum kecut. Aku terdiam coba merespon si bapak Tua ini.

"Minat baca anak sekarang rendah Dik, Kalau tidak disuruh dosennya, tidak beli buku. Sudah gitu maunya beli murah" keluh beliau. Jujur minat baca apalagi minat baca anak anak milenial sangat memprihatinkan. "Nggih Pak, Kalau tidak disuruh atau ada tugas, ya tidak cari buku," jawabku.

"Iyo Dik, betul itu. Sekolahnya tinggi. Tapi kesadaran literasinya rendah. Enak nongkrong di Cafe Ya dik?" jawabnya sangat makjleb. aku diam saja tidak merespon cerocos kekecewaannya. Hampir sejam di sini, belum ada plaris. Padahal sudah 4 batang kretek dihisapnya dan setengah gelas kopi. Apa itu semua gratis? Beliau harus membayarnya.

Buku dan artikelku ini

Buku yang kucari sudah ada ditangan. Banyak ide bisa membangun ide tulisanku dari buku ini. Sudah dua pekan aku mondar mandir di lapak lapak buku disini dan seperti meminum air segar saat kuhaus, begitu buku ini ada ditangan. Sebuah ide besar tengah memenuhi benakku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline