Pernahkah anda Menyaksikan kesenian Bantengan? Bagi masyarakat Jawa Timur, Terutama Malang Raya, siapa yang tak mengenal tradisi Bantengan. Tradisi yang berkembang menjadi kesenian ini merupakan suatu tradisi yang menggabungkan unsur sendra tari, olah kanuragan (ilmu dalam), musik, dan syair/mantra. Seni Bantengan bukan hal yang baru dan muda, namun ini merupakan bekas tradisi peninggalan jaman Kerajaan Singosari.
Pada Relief Candi Jago, Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang merupakan salah satu situs peninggalan sangat erat kaitannya dengan Pencak Silat dan kesenian Bantengan.
Dikisahkan, pada masa Kerajaan Singosari yang dipimpin Ken Arok bentuk kesenian Bantengan berupa gerakan tari yang dimainkan mengadopsi dari gerakan kembangan pencak silat dengan alunan gerakan dan kuda-kuda banteng.
Walaupun pada masa kerajaan Ken Arok tersebut bentuk kesenian bantengan belum seperti sekarang, yaitu berbentuk topeng kepala bantengan yang menari. Karena gerakan tari yang dimainkan mengadopsi dari gerakan Kembangan Pencak Silat. dengan atribut tambahan yakni topeng kepala banteng, kain penutup sebagai badan banteng, lonceng, dan lain-lain. Sehingga berbeda dari awal jaman kerajaan dahulu yang hanya dengan gerakan saja.
Pada Masa Perjuangan, Banyak para pemuda belajar Pencak Silat di Pondok pondok pesantren untuk memperoleh Ilmu Kanuragan. Untuk menarik minat belajar pencak silat dikembangkanlah kesenian bantengan, dengan penokohan hewan Banteng yang liar sedang melawan Macan (Harimau).
Pada masa tersebut, penokohan ini dilambangkan yaitu hewan Banteng yang hidup koloni (berkelompok) adalah lambang Rakyat Jelata dan hewan Macan (Harimau) melambangkan Penjajah Belanda, serta ada tokoh hewan Monyet yang suka menggoda Banteng dan Macan serta memprovokasi keduanya untuk selalu bertarung. Monyetan ini melambangkan Provokator yang suka adu domba.
Dengan digelar berupa kesenian Bantengan, Para pemuda tertarik belajar silat untuk memperoleh bekal ilmu bela diri dan kanuragan guna melawan penjajah.
Pertarungan Banteng dan Macan ini juga diabadikan dalam lukisan Raden Saleh
Demikian semoga artikel ini bermanfaat, bahwa pada masa Perjuangan, seni bantengan adalah salah satu media menarik minat para pemuda belajar bela diri sebagai bekal melawan Penjajah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H