Lihat ke Halaman Asli

Eko N Thomas Marbun

I Kerani di Medan Merdeka Utara I

Kasus Corona dan Protokol Kedaruratan Bencana

Diperbarui: 4 Maret 2020   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar: depositphotos.com

Pemerintah pada hari Senin, tanggal 2 Maret 2019, mengumumkan bahwa 2 WNI positif terinfeksi Covid-19. Terhitung sejak saat itu, Indonesia positif Corona. 

Narasi yang dibangun pemerintah cukup positif. Masyarakat tidak perlu panik, yang diperlukan adalah menjaga daya tahan tubuh agar tidak terinfeksi virus. Menteri Kesehatan menyarankan masyarakat menjaga kebersihan dari virus serta konsumsi makanan bergizi.

Kita tentu menyadari bersama bahwa virus ini berbahaya. Pada kenyataannya, di China (Wuhan) dan Korea Selatan (Daegu) sampai melakukan penutupan (karantina) kota. 

Negara-negara menyarankan agar tidak melakukan perjalanan ke daerah terpapar virus. Namun, bahaya Covid-19 harus dihadapi dengan tenang. Kepanikan akan menimbulkan persoalan baru.

Setelah Indonesia positif Corona, seketika masyarakat yang panik. Harga masker naik lebih dari 1000 persen! Meskipun naik tidak normal, masker ludes. 

Hal sama terjadi pada hand sanitizer yang juga ludes. Terhitung sejak konpers Bapak Presiden terjadi kelangkaan dua benda dimaksud. Belum lagi, barang-barang kebutuhan pokok yang diserbu dan diborong!

Pada dasarnya hal yang normal/logis apabila seseorang menjaga kondisi tetap aman. Sebab, secara alami manusia pasti melakukan pilihan logis untuk tetap bertahan hidup.

Idealnya sebagai masyarakat yang ber-Pancasila. Dalam kondisi bencana harga-harga semestinya didiskon, masyarakat membeli kebutuhan pokok dengan membatasi diri supaya yang lain kebagian dan terakhir tentu saja yang tidak punya cukup uang untuk membeli kebutuhan, dibantu yang punya cukup uang! Bukankah begitu seorang yang Pancasilais?

Motif Bertahan Hidup atau Mencari Untung?

Ada yang menarik soal kelangkaan barang di pasar/toko dan juga orang-orang yang membeli dengan jumlah yang tidak rasional. Apakah itu bentuk kepanikan? 

Soal kelangkaan harus dilihat dengan hati-hati, sebab itu bisa terjadi karena ada 'perlakuan' pada tingkat produksi, distribusi atau konsumsi.

Pada tingkat produksi, bisa saja memang dia menahan produksi atau menurunkan produksi. Harapan faktor psikologis masyarakat dan kelangkaan akan mendorong harga naik setinggi-tingginya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline