Lihat ke Halaman Asli

Eka Nawa Dwi Sapta

Penulis lepas

Puisi | Kapan (Wabah) Berakhir?

Diperbarui: 5 Mei 2020   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: potret kemiskinan via pexels.com (PEXELS.COM/SERGIO-OMASSI)

Kapan?
Tak seharusnya kau bertanya kapan
Jika anak-anak bangsa mati kelaparan
Kau bisa bersembunyi dalam kotak
Duduk manis depan televisi menyala
Tidur, tidur, dan mengeluh

Sementara mereka mengetuk kaca layar datar
Berteriak, berkerumun, dan menangis
Mengiba, terlunta, dan putus asa
Dan kau tidur, tidur, mengeluh

Kau buka lemari penuh roti dan susu
Makan lahap tidak takut tersedak
Sedangkan di balik dinding tebalmu anak kecil terisak
Tiada beras selain air buat ditanak
Dan kau masih saja tidur, tidur, mengeluh

Mengais di dasar-dasar sampar
Mengantar maut ke terasmu
Kau tiada peduli
Penting kenyang dan terus saja bertanya kapan?

Keretamu telah berjalan sampai ke pemberhentian
Sedangkan mereka naik kereta-kereta yang rongsok dan ditinggalkan
Kau getir bicara kemiskinan
Naif kau panggil nasib
Naas kau sebut takdir
Mati kau anggap resiko

Kenapa kau tak sesekali intip jendela?
Tangan yang kau kira bahaya
Bola mata yang tampak asing
Mereka butuh tangan-tanganmu jua
Belas kasih ikhlas akan memberi kita harapan
Tanpa perlu lagi bertanya kapan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline