Lihat ke Halaman Asli

Eka Nawa Dwi Sapta

Penulis lepas

Jangan Sekali-kali Melupakan Mantan

Diperbarui: 19 Februari 2020   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenangan Soal Mantan via pexels.com

Selalu ada kisah manis untuk dikenang, termasuk tentang mantan. Bisa dibilang mantan adalah bukti pernah adanya komitmen antara dua insan. Semisal zaman prasejarah menyisakan banyak peninggalan berupa sarkofagus dan kjokkenmoddinger , maka begitu pula sebuah hubungan, hanya tersisa dua hal yaitu 'kenangan' dan 'mantan'.

Kenangan soal mantan sering dianggap sebagai memori jelek yang mesti dilupakan. Orang-orang berharap amnesia dan mengubur sedalam-dalamnya cerita tentang mantan. Padahal dibalik kandasnya suatu hubungan ada sesuatu yang bisa digali dari sana. Terutama mengenai arti kejujuran dan komitmen yang sepatutnya menjadi pondasi sebuah hubungan yang kuat. Selain itu, mantan bisa juga menjadi pemberi inspirasi dalam hidupmu, lho.

Kahlil Gibran, seorang penyair terkemuka asal Lebanon telah membuktikan jika mantan punya tempat tersendiri dalam kehidupan. Di setiap tulisan-tulisannya yang murung dan melankoli, ia banyak mendapatkan inspirasi dari fenomena putus jalinan cinta yang kerap ia alami.

Dalam Sayap-Sayap Patah misalnya, Kahlil Gibran mengenang cinta pertamanya dengan Nona Hala Daher (Selma). Namun kandas lantaran sang kekasih telah ditunangkan dengan pria lain.

"Haruskah kita anggap cinta itu seorang tamu asing yang datang malam-malam dan meninggalkan kita pagi-pagi?"
(dari Danau Api, dalam Sayap-Sayap Patah, 1912)

Betapa kata-kata ini menggugah kesadaran kita, bahwa yang namanya pengalaman 'cinta' tidak mungkin gampang untuk dilupakan begitu saja dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Petikan kalimat di atas menunjukkan jika Kahlil Gibran pun pernah skeptis dalam usaha melupakan mantan.

"Aku ingin engkau mengenangku seperti seorang pengembara mengenang kolam yang tenang. Tempat citranya membayang ketika ia minum airnya." (dari Danau Api, dalam Sayap-Sayap Patah, 1912)

Ada juga May Ziadah, salahsatu kekasihnya yang tak lain pengarang asal Mesir. Dalam suratnya, Gibran pernah menulis kata-kata pilu buat mantan kekasihnya itu, ia menggunakan sebuah kiasan yang maknanya begitu mendalam.

"Aku adalah awan, May, awan yang membaur dengan benda-benda. Namun tak pernah menyatu dengannya."
(Dalam Mirrors of the Soul, 1965)

Masih banyak karya Kahlil Gibran yang dipengaruhi oleh alkisah perjalanan asmaranya. Di tengah luka dan patah hati, ia bangkit dan mengubahnya menjadi karya-karya hebat. Saking hebatnya tetap dikenang sampai sekarang.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline