Aku menunggu puisimu
Yang engkau kubur ragu-ragu
Sampaikanlah!
Walau hanya bait-bait simpati dan iba
Atau afeksi membelenggu jiwa raga
Aku menunggu puisimu
Di antara bola mata yang malu-malu
Tak usah kau sembunyikan lagi ratap luka
Akan kusambut santapan metafora
Sampaikanlah!
Biar dahagaku lenyap ditelan sukma
Biar asaku lekas tak berbekas
Antara senja dan fajar
Waktuku berhenti sebentar
Sebelum aku menemukan puisimu
Yang terus engkau simpan
Sampai datang kematian
Teriakanlah!
Diksi-diksi pedih itu
Habisi dendam-dendam yang tak kunjung redam
Serta amarahmu yang turut mendesak
Ah, tak usah engkau risau
Semua akan termaafkan
Abadi dalam sepenggal kata-kata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H