Lihat ke Halaman Asli

Mengimajinasikan Kebudayaan dan Modernitas Lewat Buku Koentjaraningrat

Diperbarui: 29 Desember 2023   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Koentjaraningrat merupakan salah seorang Antropolog berkebangsaan Indonesia yang menerangkan korelasi kebudayaan, mentalitas dan pembangunan. Buku ini merupakan kumpulan pertanyaan dan jawaban dari redaksi KOMPAS yang pernah diajukan kepada beliau kemudian dikodifikasi menjadi sebuah buku bunga rampai. Dapat dipahami jika terjadi kegagalan pembangunan dimana penyelesaiannya tidak melulu soal pendekatan ekonomi.

Kira-kira ada semacam kesenjangan dalam pembangunan yang hanya bisa diisi oleh pendekatan non-ekonomi yaitu sosio kultural. Latar belakang buku ini ditulis sepertinya pada masa orde baru, dimana pembangunan ekonomi (baca:modernisasi) gencar dilaksanakan. Oleh karenanya buku ini hadir untuk memberi penjelasan tentang peran kebudayaan dalam pembangunan.

Ada 25 judul tulisan dengan tema seputar kebudayaan, mentalitas dan pembangunan. Tema kebudayaan berbicara seputar hakikat, manifestasi dan distingsi antara adat dengan kebudayaan. Mungkinkah kebudayaan itu bersifat relative? jawabannya "ya" jika diterapkan dalam tiap daerah. 

Namun Secara universal, kebudayaan di berbagai tempat memiliki tujuh unsur kebudayaan seperti; sistem religi dan upacara keagamaan, organisasi kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian hidup dan teknologi terapan (hlm. 2). Karena pembangunan mengisyaratkan perubahan dan kemajuan, maka unsur kebudayaan yang disebutkan pertama lebih sulit untuk berubah.

Tulisan-tulisan setelahnya berbicara tentang tema mentalitas. Berbicara mentalitas disini maka yang dimaksud adalah mentalitas untuk pembangunan. Ada pertanyaan maupun pernyataan keraguan jika orang Indonesia belum siap untuk pembangunan. 

Koentjaraningrat menjawab bahwa  pertama, perlu ada bayangan Indonesia kedepan mau seperti apa? Perumusan ini tidak mudah karena tiap suku dan bangsa di Indonesia masing-masing memiliki konsep masa depannya dan belum ada masa depan bersama sebagai Indonesia (hlm. 35).

Tantangan lain semakin bertambah ketika kita ingin meniru bangsa yang sudah semakin unggul jauh kedepan progress pembangunannya. Alih-alih pesimis, setidaknya kita ingin menjadi lebih baik dan sedikit lebih makmur. 

Oleh karenanya, kita perlu membina mentalitas seperti; kerja keras, hemat, inovasi, berorientasi pada karya, menghargai mutu dan tidak asal-asalan, percaya diri dan mengurangi ketergantungan pada atasan, berdisiplin murni menunda kesenangan masa kini untuk masa depan yang akan datang.

Untuk menjadi modern, suatu bangsa tidak perlu mengikuti gaya hidup kebarat-baratan. Modern atau modernisasi berarti menyesuaikan diri dalam kehidupan masa sekarang dengan menjaga sifat dan kekhususan bangsa masing-masing. Memang ada unsur kebudayaan barat yang dapat kita pakai, adaptasi, ambil alih dan beli tanpa perlu terlalu jauh mengikuti gaya hidupnya. Pada bagian inilah Koentjaraningrat menerangkan jika modernisasi tidak sama dengan westernisasi (hlm. 149).

Mengaitkan Kebudayaan, Mentalitas, Pembangunan dan Struktur

Hal pertama yang dapat dilihat dari analisis ini adalah tentang keterkaitan antara kebudayaan, mentalitas dan pembangunan. Kebudayaan dan mentalitas merupakan pendorong utama dalam melakukan pembangunan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline