Lihat ke Halaman Asli

Eka Zulis Saputri

Mahasiswa/Mahasiswi

Krisis Sistem Pengetahuan yang Melanda Era Modernism

Diperbarui: 9 Januari 2024   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jean-Franois Lyotard adalah seorang filsuf asal Prancis yang dikenal karena karyanya tentang kondisi pengetahuan di era postmodern. Menurut Lyotard, dalam era postmodern, terjadi pergeseran dalam ilmu pengetahuan dari cita-cita yang ideal ke bentuk pragmatism. Ia juga menekankan penolakan terhadap narasi besar, yang berarti penolakan terhadap penyatuan, universalitas, dan totalitas, pandangannya ini menyatakan bahwa ketidakpercayaan terhadap narasi dan krisis sistem pengetahuan merupakan kondisi postmodern. Lyotard dikenal karena kontribusinya dalam memahami perubahan dalam ilmu pengetahuan dan budaya di era postmodern.

Menurut Jean-Franois Lyotard, postmodernisme mencerminkan ketidakpercayaan terhadap narasi besar dan krisis sistem pengetahuan yang melanda era modernism. Pengertian postmodernisme Lyotard mencakup beberapa aspek penting:

  • Kritik terhadap pengetahuan universal: Lyotard menantang pengetahuan universal dan mengkaitkannya dengan tradisi metafisik, fondasionalisme, dan modernism.
  • Pluralitas dan heterogenitas: Postmodernisme menekankan pada pluralitas, perbedaan, dan heterogenitas, serta budaya lokal/etnis dan pengalaman hidup sehari-hari.
  • Pemikiran postmodernisme: Lyotard menegaskan bahwa postmodernisme melibatkan pemikiran yang lebih bersifat politik dan filosofis-spekulatif, seperti emansipasi subyek dan dialektika roh.
  • Penggunaan cerita-cerita kecil: Postmodernisme mengkaji pentingnya mengasingkatkan cerita-cerita kecil atau lokal, dibandingkan dengan cerita-cerita besar.

Secara keseluruhan, pandangan Lyotard tentang postmodernisme menekankan pada kritik terhadap paradigma pengetahuan beserta teknologi yang mengalami lompatan jauh, serta menyoroti pentingnya mengenali cerita-cerita kecil dan mengkaji pluralitas dan heterogenitas dalam ilmu pengetahuan.

Salah satu contoh kasus yang terjadi saat ini yang dapat disambungkan dengan teori Lyotard adalah kasus pembunuhan Munir. Dalam salah satu artikel, penulis menyatakan bahwa kasus pembunuhan Munir berkaitan dengan teori postmodern Lyotard karena menunjukkan ketidakpercayaan terhadap narasi besar dan penolakan terhadap pengetahuan universal yang menjadi ciri khas dari era modernism. Selain itu, kasus ini juga menunjukkan adanya pergeseran dalam ilmu pengetahuan dari cita-cita yang ideal ke bentuk pragmatisme, serta penolakan terhadap narasi besar, yang mencakup penolakan terhadap penyatuan, universalitas, dan totalitas. Pandangan ini menunjukkan bahwa Lyotard melihat krisis sistem pengetahuan sebagai bagian integral dari perubahan besar dalam pemahaman terhadap pengetahuan dan ilmu pengetahuan di era postmodern.

Kasus pembunuhan Munir berkaitan dengan teori postmodern Lyotard karena menunjukkan beberapa aspek penting dari teori tersebut:

  • Ketidakpercayaan terhadap narasi besar: Postmodernisme menantang pengetahuan universal dan mengkaitkannya dengan tradisi metafisik, fondasionalisme, dan modernisme. Kasus pembunuhan Munir menyoroti bagaimana ketidakpercayaan terhadap narasi besar dan penolakan terhadap pengetahuan universal dapat mengarah pada perpecahan dan ketidakpastian dalam masyarakat.
  • Pluralitas dan heterogenitas: Postmodernisme menekankan pada pluralitas, perbedaan, dan heterogenitas, serta budaya lokal/etnis dan pengalaman hidup sehari-hari. Dalam kasus pembunuhan Munir, perbedaan budaya dan latar belakang masyarakat mempengaruhi bagaimana mereka menangani situasi, yang mencerminkan pluralitas dan heterogenitas dalam ilmu pengetahuan.
  • Pemikiran postmodern: Lyotard menegaskan bahwa postmodernisme melibatkan pemikiran yang lebih bersifat politik dan filosofis-spekulatif, seperti emansipasi subyek dan dialektika roh. Kasus pembunuhan Munir menunjukkan bagaimana pemikiran postmodernisme mengarah pada perubahan dan kritik terhadap sistem pengetahuan dan hukum yang mengalami krisis.
  • Penggunaan cerita-cerita kecil: Postmodernisme mengkaji pentingnya mengasingkatkan cerita-cerita kecil atau lokal, dibandingkan dengan cerita-cerita besar. Dalam kasus pembunuhan Munir, perhatian kepada cerita-cerita kecil dan lokal memungkinkan kita untuk memahami lebih baik bagaimana masyarakat menangani situasi dan mengarah pada perubahan sosial dan politik.

Secara keseluruhan, kasus pembunuhan Munir berkaitan dengan teori postmodern Lyotard karena menunjukkan ketidakpercayaan terhadap narasi besar, pluralitas dan heterogenitas, pemikiran postmodern, dan penggunaan cerita-cerita kecil untuk mengkaji bagaimana masyarakat menangani situasi dan mengarah pada perubahan dalam konteks era postmodern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline