Hujan ini, Desember ini.
Ah, mengapa haru biru Desember selalu berulang?
Dikala pikiranku menerawang tentang keberadaanmu.
Entah bagian bumi mana yang menculikmu.
Hingga sekalipun rindu aku tak mampu bertemu denganmu.
Kutatap hujan yang turun begitu derasnya dari kaca kantorku. Entah mengapa aku enggan untuk pulang. Meskipun seharusnya kata 'pulang' adalah hal terindah yang dirasakan oleh lelaki yang baru menikah sepertiku. Seolah semuanya ini mnyesakkan hatiku. Aku tidak menginginkannya, aku hanya membutuhkannya. Perempuan yang tiga bulan ini selalu setia menemaniku, menggandeng tanganku, melayaniku, menyambutku, tersenyum padaku, memelukku. Ah, apa kiranya hati perempuan itu terbuat dari baja. Tidakkah dirinya melihat mimik mukaku yang tak pernah bahagia di sampingnya.
"Mas Harris belum pulang?" tanya sekretarisku. Perempuan cantik bermata cokelat berambut sebahu.
"Malas" jawabku.
Lalu sore hingga malam itu seperti biasa kunikmati berdua bersama sekretarisku.
"Mengapa Mas Harris terlihat sedih ketika jam pulang kantor tiba, dan selalu menghabiskan malam di kantor hingga larut. Tidakkah istri Mas Harris menunggu?"